Menurutnya, menghabiskan waktu yang lama dalam isolasi atau tanpa kontak keluarga dapat memicu tekanan psikososial yang substansial, yang menyebabkan episode psikosis.
Pasien juga dapat mengalami gejala seperti halusinasi, pikiran yang terganggu, atau mendengar suara.
Profesor Richard Gray, peneliti lainnya mengatakan mereka yang mengalami psikosis membutuhkan lebih banyak bantuan dalam menangani pandemi.
"Ini adalah kelompok yang mungkin akan membutuhkan lebih banyak dukungan, dengan isolasi, jarak fisik, mencuci tangan, dan lainnya.
"Dokter mungkin adalah orang-orang yang perlu berpikir dan bekerja pada hal penanganan pandemi untuk membantu populasi yang rentan ini," ujar Richard.
Di sisi lain, para peneliti juga melaporkan ada sejumlah pasien yang mengalami gejala neurologis.
Dikutip dari The Conversation Jumat (24/4/2020), beberapa penelitian melaporkan bahwa lebih dari sepertiga pasien menunjukkan gejala neurologis.
Dalam sebagian besar kasus, Covid-19 adalah infeksi pernapasan yang menyebabkan demam, sakit, kelelahan, sakit tenggorokan, batuk dan, dalam kasus yang lebih parah, sesak napas dan gangguan pernapasan.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR