Advertorial
Intisari-online.com - Berikut adalah perkembangan terbaru kasus Covid-19 di Indonesia dan dunia.
Kasus virus Corona secara global telah menginjak angka 5 juta kasus.
Totalnya adalah 5.090.977 kasus di seluruh dunia.
Pasien yang sembuh sebanyak 2.025.878, sedangkan pasien yang meninggal dunia mencapai 329.757.
Tercatat kasus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 19.189 kasus.
Kematian pasien tercatat sudah sampai 1.242 pasien.
Sedangkan jumlah pasien yang sembuh adalah 4.575 pasien.
Penambahan pasien Covid-19 mencapai rekor baru lagi, yaitu 693 kasus baru.
Secara rinci, pemerintah memaparkan bahwa dari 19.189 kasus Covid-19, ada 18.912 orang yang diperiksa dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR).
Ada juga 277 orang yang diperiksa dengan metode tes cepat molekuler (TCM).
Berdasarkan catatan Kompas.com, ini merupakan penambahan tertinggi dalam perjalanan Covid-19 di Indonesia sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.
Sebelumnya, penambahan kasus tertinggi terjadi tepat sepekan lalu, yakni pada Rabu 13 Mei 2020.
Saat itu, tercatat penambahan 689 pasien positif Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Sementara itu, penambahan kasus dalam jumlah tinggi juga tercatat pada Sabtu 9 Mei 2020, yakni sebanyak 533 kasus dalam 24 jam.
Kemudian, pada 5 Mei 2020, juga terjadi penambahan kasus dalam jumlah tinggi, yakni 484 kasus.
Penambahan jumlah tinggi lainnya juga tercatat pada 1 Mei 2020 dengan 433 kasus baru.
Adapun penambahan jumlah kasus dalam angka tinggi pertama kali tercatat pada 24 April 2020 lalu, yakni sebanyak 436 kasus.
Pemerintah memantau 44.703 orang dalam pengawasan (ODP) terkait Covid-19 hingga Rabu (20/5/2020) pukul 12.00 WIB.
Sementara itu, sebanyak 11.705 orang masih berstatus sebagai pasien dalam pemantauan (PDP).
“Rantai penularan di luar masih berlangsung, oleh karena itu kalau kita perhatikan pada kasus ODP yang sekarang kita pantau masih ada 44.703 orang, kasus PDP yang kita pantau 11.705 orang,” kata Yurianto.
Menurut dia, jumlah tersebut menunjukkan bahwa upaya melindungi diri dari penyebaran virus corona belum berjalan dengan baik.
Yuri menilai, masih banyak warga yang mengabaikan pelaksanaan protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19.
"Masih kita lihat banyak yang mengabaikan protokol kesehatan, tidak menggunakan masker, tidak menjaga jarak, tidak menghindari kerumunan," ucap dia.
Maka dari itu, Yuri kembali mengingatkan masyarakat agar menjalankan protokol kesehatan, di antaranya, mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir setidaknya 20 detik, tidak keluar rumah.
Kemudian, memakai masker dengan benar apabila terpaksa keluar rumah serta hindari kerumunan.
Para pakar Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan mengenai gejala baru virus corona yang muncul yakni kesulitan berbicara dan halusinasi.
Sebelumnya, gejala-gejala umum yang muncul pada orang yang terinfeksi virus corona yakni demam, sesak napas, batuk, flu, dan dapat juga tidak tampak gejala.
Dilansir dari Metro Senin (18/5/2020), saat ini WHO telah menyatakan bahwa kesulitan berbicara dan kurangnya gerakan juga dapat menjadi gejala virus corona.
"Sebagian besar orang yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus," ujar pakar WHO.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kesulitan dalam berbicara juga bisa menjadi tanda dampak virus corona dan pada kesehatan mental.
Peneliti di Orygen dan La Trobe University di Melbourne melaporkan, beberapa pasien telah mengalami episode psikotik sebagai akibat dari virus corona.
Dr Ellie Brown, penulis utama studi ini, menggambarkan Covid-19 sebagai pengalaman yang membuat stres bagi semua orang, terutama mereka yang memiliki kebutuhan kompleks.
Menurutnya, menghabiskan waktu yang lama dalam isolasi atau tanpa kontak keluarga dapat memicu tekanan psikososial yang substansial, yang menyebabkan episode psikosis.
Pasien juga dapat mengalami gejala seperti halusinasi, pikiran yang terganggu, atau mendengar suara.
Profesor Richard Gray, peneliti lainnya mengatakan mereka yang mengalami psikosis membutuhkan lebih banyak bantuan dalam menangani pandemi.
"Ini adalah kelompok yang mungkin akan membutuhkan lebih banyak dukungan, dengan isolasi, jarak fisik, mencuci tangan, dan lainnya.
"Dokter mungkin adalah orang-orang yang perlu berpikir dan bekerja pada hal penanganan pandemi untuk membantu populasi yang rentan ini," ujar Richard.
Di sisi lain, para peneliti juga melaporkan ada sejumlah pasien yang mengalami gejala neurologis.
Dikutip dari The Conversation Jumat (24/4/2020), beberapa penelitian melaporkan bahwa lebih dari sepertiga pasien menunjukkan gejala neurologis.
Dalam sebagian besar kasus, Covid-19 adalah infeksi pernapasan yang menyebabkan demam, sakit, kelelahan, sakit tenggorokan, batuk dan, dalam kasus yang lebih parah, sesak napas dan gangguan pernapasan.
Namun, kini tampaknya adanya gejala neurologis akan masuk dalam daftar baru gejala virus corona lainnya.
Beberapa penelitian terbaru telah mengidentifikasi adanya gejala neurologis pada kasus Covid-19.
Mereka membahas mengenai gejala diamati pada individu. Beberapa laporan menggambarkan pasien Covid-19 yang menderita sindrom Guillain-Barré.
Sindrom Guillain-Barré adalah gangguan neurologis di mana sistem kekebalan tubuh merespons infeksi dan akhirnya menyerang sel-sel saraf yang salah, mengakibatkan kelemahan otot dan akhirnya lumpuh.
Studi kasus lain telah menggambarkan ensefalitis Covid-19 yang parah (peradangan dan pembengkakan otak) dan stroke pada orang muda yang sehat dengan gejala Covid-19 yang ringan.
Sementara itu, China dan Perancis juga telah menyelidiki prevalensi gangguan neurologis pada pasien Covid-19.
Penelitian ini menunjukkan, sebanyak 36 persen pasien memiliki gejala neurologis.
Banyak dari gejala ini ringan dan termasuk hal-hal seperti sakit kepala atau pusing yang dapat disebabkan oleh respons imun yang kuat.
Gejala lain yang lebih spesifik dan parah juga terlihat dan termasuk hilangnya bau atau rasa, kelemahan otot, stroke, kejang dan halusinasi.
Gejala-gejala ini terlihat lebih sering pada kasus virus corona yang parah, dengan perkiraan mulai dari 46 persen hingga 84 persen dari kasus yang parah menunjukkan gejala neurologis.
(Fitria Chusna Farisa, Retia Kartika Dewi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "19.189 Kasus Covid-19 dan Penambahan Tertinggi, Masyarakat Masih Abai", dan "Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini