Advertorial
Intisari-Online.com - Pandemi virus corona (Covid-19) menyebabkan kerugian yang tak terhitung jumlahnya.
Sektor ekonomi yang menderita kerugian paling banyak.
Lalu dari sektor minyak mentah.
Dilansir dari kompas.com pada Kamis (23/4/2020), harga minyak mentah dunia terus merosot sejak awal pekan.
Bahkan pada perdagangan Selasa (21/4/2020), harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Mei 2020 sempat terkontraksi hingga -37,91 dollar AS per barrel, level terendah sepanjang masa.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai anjloknya harga minyak dunia justru berdampak positif pada ekonomi Indonesia maupun moneter secara keseluruhan.
Pasalnya, Indonesia merupakan negara pengimpor minyak. Otomatis turunnya harga minyak mentah akan mengurangi defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan minyak.
"Baik dari sisi ekonomi maupun moneter positif, Indonesia adalah pengimpor minyak."
"Kalau gas kita eksportir. Jadi secara neraca perdagangan maupun defisit transaksi berjalan itu akan memperbaiki CAD maupun neraca dagang," kata Perry dalam konferensi video, Rabu (22/4/2020).
Perry memperkirakan, subsidi untuk harga minyak juga menurun sehingga kebutuhan anggaran subsidi bisa berkurang.
Sebaliknya, penerimaan pajak dari hal yang berkaitan dengan minyak juga menurun.
Kendati, dia tak berkomentar banyak soal fiskal mengingat hal itu di luar kewenangannya.
"Kalau fiskal Bu Menteri (Sri Mulyani) punya otoritas tentang itu."
"Tapi kemungkinan penerimaan pajak berkaitan minyak turun, kebutuhan anggaran untuk minyak subsidinya juga turun."
"Itu secara keseluruhan," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu mengatakan penurunan harga minyak pun akan berdampak pada APBN 2020.
Mengingat dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diproyeksi rata-rata 38 dollar AS per barel sepanjang tahun ini.
Menurut dia, jikaharga minyak duniaterus menurun dan menekan Indonesia Crude Price (ICP) menjadi rata-rata 30,9 dollar AS per barrel dalam setahun, maka diperkirakan defisit APBN2020 akan bertambah 12,2 triliun.
"Jika harga terus mengalami penurunan sehinga ICP menjadi 30,9 dollar AS per barel (rata-rata setahun), maka defisit diperkirakan bertambah Rp 12,2 triliun,” jelas dia dalam keterangan tertulis, Rabu (22/4/2020).
(Fika Nurul Ulya)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Kata Bos BI, Harga Minyak Dunia Jatuh Justru Berdampak Positif ke RI")