Advertorial

Padahal Vaksin Belum Ditemukan, Virus Corona Disebut Telah Bermutasi Sebanyak 30 Kali, Inilah Tantangan Besar yang Dihadapi Ilmuwan

Tatik Ariyani

Editor

Intisari-Online.com -Jumlah pasien terinfeksi corona di dunia, hingga Selasa (22/4/2020) pukul 9.31 WIB mencapai 2.557.181 kasus.

Dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, jumlahnya bertambah lebih dari 65.000 kasus.

Pasalnya, pada Selasa (21/4/2020) pukul 15.52 WIB, jumlah kasus Covid-18 mencapai 2.491.325 kasus.

Dari 2,55 juta orang yang positif terinfeksi Covid-19, 177.641 pasien meninggal dunia dan 690.444 dinyatakan sembuh.

Baca Juga: Disebutkan Bisa Berubah dengan Satu Mutasi Per Bulan, Nyatanya Sudah ada Laporan Lebih dari 4300 Mutasi dari Virus Corona Sars-CoV-2, Paling Ringan Justru yang di Amerika!

Terdapat 210 negara dan wilayah di seluruh dunia yang telah melaporkan Covid-19.

Sementara itu, hingga kini vaksin virus corona masih dikembangkan dan belum siap untuk diuji coba pada manusia.

Namun, penelitian temukan virus corona (SARS-CoV-2) mungkin telah bermutasi sebanyak 30 kali sejak kasus pertama yang dikonfirmasi pada Desember 2019 di Wuhan, China.

Mutasi ini bisa berarti satu vaksin saja tidak dapat mengimunisasi orang terhadap semua mutasi virus corona yang menyebar di seluruh dunia.

Hal tersebutdiungkap penelitian yang ditulis oleh tim yang terdiri dari 14 ilmuwan Tiongkok.

Baca Juga: 3 Anggotanya Tersandung Polemik, Berikut Tugas Staf Khusus Milineal Presiden Jokowi hingga Terima Gaji Rp51 Juta

Pracetak dari studi ini mengatakan, "Mutasi yang diturunkan pasien berdampak patogenisitas SARS-CoV-2," diterbitkan pada hari Minggu di Medrxiv.

Studi ini melaporkan "variasi intrapersonal dan 6 mutasi berbeda dalam spike glikoprotein (protein S), termasuk 2 SNV berbeda (varian nukleotida tunggal) yang mengarah pada mutasi missense yang sama. Oleh karena itu, kami memberikan bukti langsung bahwa SARS-CoV-2 telah memperoleh mutasi yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya."

Melansir IB Times, Selasa (21/4/2020), studi ini mencatat setidaknya 30 variasi genetik virus corona yang berbeda.

Baca Juga: Banyak Orang Mengganti Namanya Termasuk Presiden Soekarno dan Jokowi hingga Mulan Jameela, Ini Kata Ahli tentang Kekuatan Nama untuk Sang Pemilik

Temuan ini berarti berbagai jenis virus corona sekarang memengaruhi berbagai belahan dunia.

Sekaligus mengarah pada tantangan besar dalam menemukan penyembuhan secara keseluruhan atau satu vaksin tunggal yang efektif melawan semua mutasi ini.

Para peneliti menganalisis strain dari 11 pasien virus corona yang dipilih secara acak dari Hangzhou, ibukota provinsi Zhejiang.

Pada saat penelitian, ada 1.264 kasus yang dilaporkan di Hangzhou.

Para peneliti kemudian menguji seberapa efisien mereka dapat menginfeksi dan membunuh sel.

Lebih dari 30 mutasi virus yang berbeda terdeteksi, dimana 19 sebelumnya tidak ditemukan.

Baca Juga: 3 Anggotanya Tersandung Polemik, Berikut Tugas Staf Khusus Milineal Presiden Jokowi hingga Terima Gaji Rp51 Juta

Para peneliti menemukan bahwa beberapa jenis SARS-CoV-2 yang paling agresif mampu menghasilkan 270 kali viral load (kisaran jumlah partikel virus) sebagai jenis yang terlemah.

Lebih parah lagi, mutasi yang agresif membunuh sel manusia paling cepat.

Studi ini mengatakan "keragaman sejati" dari strain virus kurang dihargai dan harus dipahami untuk menemukan pengobatan atau vaksin.

"Pengembangan obat-obatan dan vaksin, meski mendesak, perlu memperhitungkan dampak akumulasi mutasi ini, terutama mutasi pendiri, untuk menghindari kemungkinan jebakan," kata penelitian itu.

Baca Juga: Menderita Covid-19, Seorang Pasien di China Alami Gejala Aneh Kulitnya Berubah Menjadi Hitam Pekat, Dokter Ungkap Penyebabnya

Artikel Terkait