Advertorial
Intisari-Online.com - Demam, batuk, sakit tenggorokan, kini bukan menjadi satu-satunya gejala virus corona seperti yang banyak diungkapkan di awal pandemi ini menyebar.
Beragam kemungkinan gejala virus corona mulai diungkapkan oleh para ahli.
Bukan hanya pada hidung dan tenggorokan, masalah pada mata seseorang juga bisa menjadi tanda virus ini tengah menginfeksi.
Melansir Mirror.co.uk (18/4/2020), Seorang dokter mengatakan gejala langka yang dapat menjadi tanda infeksi coronavirus dapat muncul di mata, meski gejala ini hanya terjadi dalam persentase yang sangat rendah.
Seorang ahli mengatakan kepada Health bahwa mata merah yang terjadi terus menerus bisa menjadi tanda peringatan bahwa seseorang telah terinfeksi.
Mata merah dapat mengindikasikan konjungtivitis, yang disebabkan oleh infeksi atau alergi.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membangun hubungan antara coronavirus dan konjungtivitis, suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh sejumlah faktor.
Tetapi seorang dokter mengatakan virus dapat mempengaruhi konjungtiva di mata.
Konjungtivitis, juga dikenal sebagai mata merah atau merah muda, biasanya mempengaruhi kedua mata dan menyebabkan mereka menjadi merah, terbakar atau terasa berpasir, menghasilkan nanah yang menempel pada bulu mata, gatal dan air.
Dr Vicente Diaz, dokter mata Yale Medicine, mengatakan kepada Health: "Banyak penyakit virus dapat mempengaruhi mata, biasanya menyebabkan jenis konjungtivitis folikuler.
"Kami belajar bahwa COVID-19 dapat memengaruhi konjungtiva pada persentase orang yang rendah."
Teori ini didukung oleh sejumlah penelitian lain yang dikutip oleh Health.
American Academy of Ophthalmology mengatakan bahwa konjungtivitis 'mungkin merupakan gejala yang jarang tetapi masih ada pada Covid-19', dan penting untuk diingat bahwa itu juga dapat disebabkan oleh alergi, yang 'lebih mungkin menjadi penyebabnya' di musim saat ini.
Namun, disarankan untuk seseorang mencari bantuan medis jika tanda-tanda konjungtivitis digabungkan dengan gejala lain yang lebih umum dari coronavirus, seperti 'gejala pernapasan dan demam'.
NHS menyarankan siapa pun yang memiliki konjungtivitis untuk secara teratur mencuci tangan, serta bantal dan handuk mereka, dan untuk menghindari menggosok mata mereka.
Untuk meringankan gejala, disarankan untuk merebus air dan mendinginkannya sebelum menggunakan sepotong kapas bersih.
Kemudian menggosok bulu mata Anda dengan lembut untuk menghilangkan kerak.
Anda juga bisa memegang kain flanel yang dingin dan bersih di mata Anda untuk membantu mendinginkannya.
Masalah pada Kulit Juga Bisa Merupakan Gejala Covid-19
Ahli Perancis baru-baru ini mengatakan bahwa virus corona SARS-CoV-2 dapat menyebabkan gejala dermatologis, seperti pseudo-frostbite (radang dingin semu), kulit kemerahan yang kadang menyakitkan, dan gatal-gatal.
Menurut persatuan dokter spesialis kulit dan penyakit kelamin Perancis (SNDV), gejala dermatologis itu memengaruhi tubuh di luar sistem pernapasan dan kemungkinan terkait dengan infeksi virus corona baru penyebab Covid-19.
Banyaknya pasien Covid-19 yang melaporkan gejala di atas semakin menguatkan bahwa hal ini berhubungan dengan infeksi virus corona.
"Gejala dermatologis dapat muncul tanpa disertai gejala pernapasan," ungkap SNDV dalam siaran persnya, seperti dilansir The Jerusalem Post, Minggu (12/4/2020).
Sekitar 400 pakar kulit di Perancis telah mendiskusikan gejala baru ini melalui grup WhatsApp khusus.
Mereka menyoroti lesi kulit yang mungkin terkait dengan tanda Covid-19 lainnya, seperti masalah pernapasan.
Untuk diketahui, lesi kulit adalah jaringan kulit yang tumbuh abnormal, baik di permukaan maupun di bawah permukaan kulit.
Dari diskusi itu diketahui bahwa tidak semua pasien Covid-19 mengalami komplikasi dan banyak juga yang tidak mengalami gangguan pernapasan sama sekali, sementara sistem kekebalan tubuh melawan virus.
"Analisis dari banyak kasus yang dilaporkan ke SNDV menunjukkan bahwa manifestasi kulit ini dapat dikaitkan dengan Covid-19.
"Kami memperingatkan masyarakat dan tenaga medis untuk mendeteksi pasien yang berpotensi menularkan virus secepat mungkin," kata SNDV dalam siaran pers yang dilansir New York Times.