Advertorial
Intisari-online.com - Sempat diberitakan dan menghilang beberapa saat, ilmuwan kembali umumkan kabar soal vaksin virus corona.
Sarah Gilbertpeneliti dari Universitas Oxford, mengatakan vaksin ini sudah dalam tahap uji klinis.
Mengutip Grid Health pada Minggu (19/4/20), saat ini Sarah merekrut 510 sukarelawan dari usia 18 tahun hingga 55 tahun untuk uji coba secara acak.
Nantinya orang dewasa yang lebih tua akan diuji pada tahap akhir.
Uji klinis ini seperti imunisasi ekperimental kelompok.
Sehingga uji klinis yang diikuti oleh 510 peserta ini akan dibagi menjadi lima kelompok.
Kemudian mereka diamati selama enam bulan dengan opsi kunjungan lanjutan sekitar satu tahun setelah memasuki uji coba.
Satu kelompok akan menerima suntikan vaksin intramuskular dari 4 minggu vaksin setelah imunisasi awal.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemanjuran, keamanan, dan imunogenisitas.
Vaksin adalah produk biologi yang diketahui berasal dari virus, bakteri dan kombinasi antara keduanya yang sudah dilemahkan.
NHS mengatakan, vaksin ini nantinya akan diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang kekebalan di tubuh dan memunculkan antibodi.
Hal ini berguna untuk mencegah dari infeksi virus corona di kemudian hari.
Sementara menurut keterangan Sarah Gilbert, vaksin ini sudah siap dan akan segera di produksi massal.
"Kami berharap memiliki setidaknya beberapa dosis yang siap digunakan pada bulan September,"jelas Gilbert.
Hal itu sekaligus mengisyaratkan bahwa vaksin ini akan segera diproduksi massal pada bulan September.
"Mungkin tidak cukup, tapi kita bisa memulainya dari sekarang, karena akan membuat semakin banyak dosis," jelasnya.
Menurut keterangan vaksin itu bernama ChAdOx1 nCoV-19 yang merupakan rekombinasi vaksin vektor.
Menurut penelitian vaksin ini mengeutamakan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus corona.
Saat dilakukan uji coba, vaksin ini tampak aman ketika diuji ke manusia dan hewan, pada awal tahun ini.
Bersama timnya Gilbert menggunakan teknologi yang sama dengan sekitar 10 vaksin yang berbeda.
Menurutnya, saat ini yang menjadi tantangan adalah saat menguji vaksin karena tingkat inveksi virus juga bervariasi.
"Ini akan menjadi rumit ketika menentukan kemanjuran vaksin, karena penularan virus di tempat berbeda naik dan kemudian turun lagi," katanya.
"Uji coba harus dilakukan di tempat yang tepat pada waktu yang tepat untuk itu sulit untuk diprediksi, sebabnya kami berencana melakukan uji coba di banyak negara," jelasnya.
Selain itu tantangan lainnya adalah masalah keuangan.