Advertorial

Jadi Korban Kejamnya Rezim Ayah Kim Jong Un, Pembelot Korea Utara Ini Cerita Satu per Satu Keluarganya Tewas Kelaparan hingga Makan Tikus demi Bertahan Hidup

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Korea Utara dikenal sebagai negara tertutup.

Tak heran, tak ada banyak informasi terkait negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un.

Namun ada beberapa kisah yang bisa didapat tentang Korea Utara.

Salah satunya dari pembelot Korea Utara.

Baca Juga: Kantong Jenazah Habis, Pekerja Kamar Mayat Ini Gunakan Seprai pada 80% Jenazah Pasien Virus Corona, 'Ada Berton-ton Darah dan Kotoran'

Dilansir dari cbsnews.com pada Minggu (19/4/2020), pada tahun 2018 silam, nama Grace Jo sempat menjadi perbincangan hangat.

Sebab, wanita ini merupakan seorang pembelot Korea Utara yang pindah ke Amerika Serikat, negara saingan Korut.

Mengapa dia pergi dari Korea Utara ke Amerika Serikat?

Diceritakan Grace Jo yang lahir dan besar diKorea Utara mengakukehilangan sebagian besar anggota keluarganya karena kelaparan.

Sementara ayahnya dibunuh oleh negara.

Baca Juga: Ada 738.913 Kasus Virus Corona di Negaranya, Trump Salahkan China, 'Mereka Harus Bertanggung Jawab atau Mereka Akan Hadapi Konsekuensi'

Di tengah keputusasaan untukmenyelamatkan anak-anaknya yang tersisa, ibu Grace Jo membelot ke China, lalu mereka pada akhirnya bermukim di AS.

Grace Jo pun berbicara dengan CBS News, Jeff Glor tentang kenangannya yang paling awal.

"Saya duduk di pinggir jalan," kenangnya.

"Dan kami menjual ikan kering karena saat itu kami tidak punya nasi untuk dimakan."

"Aku hanya kelelahan,setelah jalantanpa energi."

Seperti kebanyakanwarga Korea Utara seusianya, Grace Jo tumbuh di saat bencana kelaparan melanda.

Perlu Anda tahu, ada pertengahan 1990-an, bencana kelaparan melanda negara itu dan jutaan orang mati kelaparan.

Tercatat selama empat tahun lamanya (antara tahun 1994 hingga 1998) terjadi bencana kelaparan di Korea Utara.

GraceJo bilang dia rata-rata hanya makan satu kali selama seminggu.

Biasanya makan nasi. Tetapi kadang-kadang apa yang mereka makan adalah apa yang mereka tangkap.

Misalnya bayi tikus.

Ketika bencana kelaparan semakin menjadi, ayahGraceJo menyelinap ke China untuk meminta bantuan kerabat jauh.

Namun sekembalinya ke rumah, ia ditangkap oleh otoritas Korea Utara dan dipukuli sampai mati.

Baca Juga: Amankan Pertemuan Kim Jong Un dan Donald Trump, Ini Fakta Mengerikan dari Pasukan Gurkha, 'Mereka Terganas dari yang Terganas dan Juga Haus Darah'

"Nenekku, dia meninggal karena kelaparan."

"Dua adik laki-lakiku juga meninggal karena kelaparan," kata Jo.

Melihat satu per satu anggota keluarga meninggal, Jo membelot bersama ibu dan saudara perempuannya ke China.

Namun aksi itu dibayar mahal karena salah satu saudara laki-lakinya harus tetap tinggal di Korea Utara.

Ketika membelot ke China,GraceJo bercerita bahwa perjalanan itu memakan waktu berbulan-bulan.

Lebih lama dari yang diharapkan.

Jadi ketika mereka ingin bergabung dengan kelompok, mereka sudah terlambat.

Seolah belum selesai,GraceJo diusir ke jalanan.

"Teman ibuku seharusnya mengawasi aku, tetapi mengusir akuke jalan," kenangnya.

Tragisnya, saat itu,GraceJo masih berusia 5 tahun danpengalamannya masihkecildi antara orang Korea Utaralainnya.

GraceJo ingat bahwa tidak hanya keluarganya yang menderita dan kehilangan nyawa.

Namun ratusan warga Korea Utara lainnya.

"Tidak hanya keluarga saya meninggal, ada ratusan keluargalainnya yang kehilangan anggota keluarga mereka," kata Jo.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Negara Miskin, Nyatanya Kim Jong Un Punya Pesawat Jet Terbesar Dunia, Tapi Tak Sebanding dengan Air Force One Milik Trump

Setelah berjuang,GraceJo selamat.

Setelah sampai di China, keluarganya mengajukan status pengungsi dan bermukim di Amerika Serikat.

Pada tahun 2013, dia resmi menjadi warga negara Amerika Serikat.

"Saya mengatakan bahwa hidup saya benar-benar berubah setelah saya datang ke Amerika," katanya.

"Tidak lagi anak yang kelaparan."

Bahkan orang lain tak percaya pas tahuGraceJo adalah seorang pengungsi.

Sebab, dia begitu sehat. Begitu jugaibu dan saudara perempuannya.

Terakhir, walaudirinya tidak pernah mendapatkan pendidikan formal di Korea Utara, kiniGraceJobekerja sebagai asisten dan penasihat gigi.

"Kurasa inilah yang disebut kebebasan," kata Jo.

"Ini adalah hal yang sangat dihargai untuk keluargaku dan untukku," tutupGraceJo.

Baca Juga: Abaikan 23.644 Kasus Kematian di AS, Trump Malah Puji Dirinya Sendiri, Bahkan Siap Buka Kembali Seluruh Akses di Negaranya

Artikel Terkait