Advertorial
Intisari-online.com -Soekarno resmi dilantik menjadi Presiden RI pertama pada 18 Agustus 1945.
Ia terpilih secara aklamasi dalam Sidang PPKI (Panitia Pengawas Kemerdekaan Indonesia).
Sidang digelar di gedung Tyuuoo Sangi-In dan dihadiri oleh sejumlah tokoh, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hadjar Dewantara.
Agenda pemilihan presiden dan wakil presiden pertama di Indonesia dimulai pada pukul 13.45 WIB setelah diskors sejak pukul 12.20 WIB.
Saat Soekarno resmi terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia untuk pertama kali, dia merespon:
"Tuan-tuan, banyak terima kasih atas kepercayaan Tuan-tuan dan dengan ini saya dipilih oleh Tuan-tuan sekalian dengan suara bulat menjadi Presiden Republik Indonesia."
Riuh tepuk tangan memenuhi seantero ruangan, menanggapi pernyataan Soekarno.
Semua anggota sidang kemudian berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”.
Setelahnya, peserta sidang berteriak, ”Hidup Bung Karno” sebanyak tiga kali.
Membeli Sate Ayam
Disampaikan oleh sang Proklamator sendiri kepada Cindy Adams, seorang wartawan dari Amerika Serikat, hampir dua dekade setelah pelantikannya.
Soekarno mengenang betapa sederhana proses pemilihan presiden saat itu.
"Setelah dipilih untuk menduduki jabatan paling tinggi di Republik Indonesia, presiden baru itu berjalan pulang,” kenang Soekarno, sebagaimana disampaikan dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams.
Dalam perjalanan pulang inilah, Soekarno bertemu dengan pedagang sate.
Soekarno memutuskan untuk memanggil pedagang sate yang berjualan dengan bertelanjang kaki tersebut.
Saat itulah Soekarno mengeluarkan perintah pertamanya sebagai seorang presiden, yakni ”sate ayam lima puluh tusuk”.
Bagi Soekarno, inilah cara merayakan amanah yang baru saja diterima beberapa jam sebelumnya.
”Aku jongkok di sana dekat got dan tempat sampah dan menyantap sate dengan lahap.
"Itulah seluruh pesta perayaan terhadap kehormatan yang kuterima,” kenang Soekarno.
Memberitahu Fatmawati
Setibanya di rumah, Soekarno memberitahu istrinya, Fatmawati, perihal dirinya terpilh sebagai presiden.
Satu keputusan menarik dari Soekarno adalah memilih dapur untuk membuka pembicaraan kepada Fatmawati.
Menurut Soekarno, dapur dipilih sebagai lokasi komunikasi dengan istri karena dianggap sebagai tempat yang menyenangkan untuk menyampaikan informasi tersebut.
”Mereka mengangkatku sebagai presiden. Rakyat memilihku sebagai presiden,” demikian kutipan pernyataan Soekarno kepada Fatmawati.
Meski telah resmi menjadi Ibu Negara pertama di Indonesia, tak ada respons berlebihan yang ditunjukkan.
Fatmawati hanya membalas dengan bercerita tentang firasat sang ayah, Hassan Din, sebelum meninggal dunia, bahwa Fatmawati akan tinggal di istana yang besar dan putih.
”Jadi ini tidaklah mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, Bapak sudah meramalkannya,” ujar Fatmawati.
Mobil Buick jadi Mobil Kepresidenan
Satu kisah lainnya yang dihadapi oleh Soekarno adalah perihal mobil kepresidenan yang belum dimiliki oleh Indonesia.
Adalah Sudiro, salah seorang pemuda dan loyalis Soekarno yang menyadari hal ini.
Sudiro saat itu mengetahui bahwa di Jakarta terdapat sebuah mobil Buick milik seorang kepala jawatan kereta api dari Jepang.
Saat itu, kendaraan ini sudah dilengkapi dengan kain jendela pada bagian kaca belakang dan sudah termasuk pada kategori mobil mewah di Jakarta.
Sudiro bersama beberapa orang loyalis Soekarno lainnya berhasil menemukan keberadaan mobil dalam garasi di rumah kepala jawatan kereta api.
Beruntung, Sudiro mengenal sang sopir dan segera meminta kunci mobil.
“Merdeka,” ucap Sudiro sebagai salam pembuka kepada sang sopir.
Rasa kebingungan yang menghinggapi sopir tersebut segera terjawab setelah Sudiro menjelaskan bahwa mobil itu dibutuhkan untuk digunakan sebagai mobil kepresidenan.
Sang sopir kemudian bersedia memberikan kunci mobil tersebut.
“Kembalilah ke kampungmu di Jawa Tengah sebelum orang mengetahui kejadian ini,” kata Sudiro kepada sang sopir sebagaimana dikisahkan oleh Soekarno.
Sayang, Sudiro tak bisa mengendarai mobil mewah tersebut.
Menurut Soekarno, tak banyak orang Indonesia yang mampu mengendarai mobil di zaman itu.
Sebab, hanya para pejabat yang diizinkan mengendarai mobil selama zaman pendudukan Jepang.
Baca Juga: 10 Tips Bersepeda saat Puasa, Gowes Santai Saja hingga Ambil Jalur Hijau
Beruntung, terdapat salah seorang rekan Sudiro yang bisa mengendarai mobil tersebut.
Mobil inilah yang kemudian menjadi kendaraan kepresidenan Republik Indonesia untuk pertama kalinya.
Mobil ini juga menjadi saksi bisu yang menemani mobilisasi Soekarno menuju Yogyakarta saat mendaratnya pasukan sekutu pada era revolusi.
Beragam kisah tersebut dialami oleh Soekarno hanya beberapa saat setelah dipilih sebagai Presiden RI.
Meskipun menjabat sebagai presiden, Soekarno tak serta merta merasakan fasilitas layaknya seorang kepala negara.
(Dedy Afrianto)
Baca artikel lengkapnya di Kompas.id dengan judul Sate Ayam dan Sedan Buick di Balik “Pelantikan” Presiden Soekarno
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini