Advertorial

Tenggelamnya Kapal Nelayan Vietnam Jadi Sorotan: China Mungkin Menggunakan Pandemi Virus Corona untuk Memajukan Kepentingannya di Persengketaan Laut China Selatan

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Sementara pandemi virus corona telah menghentikan sebagian besar aktivitas dunia China terus melakukan agregasi di Laut China Selatan.
Sementara pandemi virus corona telah menghentikan sebagian besar aktivitas dunia China terus melakukan agregasi di Laut China Selatan.

Intisari-Online.com - Sementara pandemi virus corona telah menghentikan sebagian besar aktivitas dunia China terus melakukan agregasi di Laut China Selatan.

Dilansir dari CNBC, Senin (13/4), permusuhan China yang terus-menerus terhadap tetangga-tetangganya di Asia Tenggara di perairan yang diperebutkan itu tampak berselisih dengan kekuatan lunak yang Beijing coba gambarkan ketika wabah surut.

Dalam beberapa minggu terakhir, China telah mengirim bantuan ke negara-negara yang dilanda pandemi dan membangun koordinasi global dalam mengelola wabah.

Tetapi tenggelamnya kapal nelayan Vietnam oleh kapal pengawas China awal bulan ini menjadi sorotan.

Baca Juga: Para Peneliti Brazil Kibarkan 'Bendera Merah' terhadap Penggunaan Dosis Tinggi Obat Klorokuin setelah Temuan Komplikasi Jantung pada Pasien Covid-19: 'Menghindari Kematian yang Tidak Perlu'

“Pada dasarnya, China tidak membiarkan wabah Covid-19 meredam pengejaran isu kebijakan luar negeri."

"Selain Laut Cina Selatan, Beijing juga telah mengizinkan penerbangan angkatan udara di sekitar Taiwan pada bulan lalu,” Kelsey Broderick, analis China di konsultan Eurasia Group, mengatakan kepada CNBC.

“China mungkin berharap untuk mengirim pesan ke negara-negara lain yang terlibat di Laut China Selatan."

"Yakni bahwa Tiongkok tidak akan mundur dalam keadaan apa pun," tambahnya.

Baca Juga: Tidur Nyenyak Penting untuk Menjaga Kekebalan Tubuh, Tapi Mengapa Kita Jadi Susah Tidur Selama di Rumah Saja Akibat Pandemi Covid-19? Ini Penjelasan Ahli

Tidak Ada Jalan Mundur

Virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari dua juta orang secara global.

Ada tuduhan baik di dalam negeri maupun internasional bahwa pihak berwenang China mengabaikan peringatan dini tentang wabah itu dan berusaha meremehkan keparahannya.

Baca Juga: Tak Kalah Mengganas, di Tengah Pandemi COVID-19, Tikus-tikus Kini Berubah Jadi Kanibal dan Saling Membunuh, Dampaknya di Masa Depan Akan Muncul Tikus Generasi Baru yang Seperti Ini

Collin Koh, seorang pakar keamanan maritim di Universitas Teknologi Nanyang Singapura (NTU), mengatakan kepada CNBC:

"Ada 'spekulasi' tentang apakah pandemi itu akan menghambat kemampuan China untuk berjaga-jaga atas masalah pertahanan dan keamanan nasional."

Baca Juga: Petir Vulkanik, Fenomena Unik saat Kilatan Halilintar Berada di Sekitar Gunung Api yang Sedang Meletus, Apa Penyebabnya?

"Sejak wabah sampai sekarang, tidak ada jalan mundur,” kata Koh, seorang peneliti senior di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, sebuah think tank di NTU.

Masalah seputar Laut Cina Selatan selama bertahun-tahun telah menjadi titik pertikaian dalam hubungan antara AS dan Cina.

Keduanya merupakan pemegang ekonomi teratas dunia yang bersaing untuk mendapatkan pengaruh geopolitik di Asia Pasifik.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu: Tanda Tubuh Kekurangan Kalsium, Salah Satunya Kulit Menjadi Kering dan Gatal, Namun Hati-hati Pemakaian Suplemen Karena Bisa Berakibat Penyakit Fatal Ini!

Pangkalan Laut Cina Selatan

Sebagian besar terletak di Kepulauan Spratley dan Kepulauan Paracel di Laut Cina Selatan, pemerintah Cina terlibat dalam upaya pengerukan dan pembangunan pulau yang sangat mengesankan.

Mereka membangun 3.200 hektar tanah baru.

Ada banyak fasilitas yang tersebar di seluruh area yang digunakan untuk radar, peluncuran rudal, dan helikopter.

Lebih dari itu, mereka mengumumkan rencana pada 2016 untuk membangun pangkalan bawah laut 10.000 kaki di bawah permukaan laut.

Baca Juga: Tak Habis Pikir, Sudah Isolasi Diri Bersama 20 Selirnya di Hotel Mewah, Raja Thailand Vajiralongkorn Masih Saja 'Kabur' dan Bolak-balik Eropa-Thailand Saat Lockdown Corona

Mereka yang terbang terlalu dekat dengan pangkalan diperingatkan untuk segera pergi oleh pasukan Tiongkok sehingga tindakan tepat di pangkalan benar-benar hanya dibiarkan berspekulasi dan apa yang pemerintah ingin katakan kepada dunia karena tidak ada cara untuk sampai ke mereka.

Faktanya, sifat dasar pangkalan itu sangat misterius sehingga tidak sepenuhnya diketahui apakah mereka benar-benar militer, untuk mengendalikan rute perdagangan, atau bahkan jika mereka digunakan untuk mengendalikan hak gas alam dan minyak. (*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait