Advertorial
Intisari-online.com - Belakangan tersiar kabar bahwa anak gunung Krakatau kembali melakukan aktivitas vulkanik.
Dalam sebuah laporan warga mendengar dentuman keras, pada pukul 11 malam Pada Jumat (11/4/20).
Kabar ini pun langsung tersiar, bahkan media Internasional berbasis di Inggis, serti Mirror, Daily Star hingga Daily Mail memberitakan soal aktivitas anak gunung Krakatau ini.
Mereka megutip dari Volcano Discovery yang menyatakan, Anak Krakatau memuntahkan kolom abu 15 kilometer ke langit.
Volcano Discovery menulis, "Baik webcam di Pulau Anak Krakatau dan pantai dalam jaran 40 km, menunjukkan lahar yang kuat mencuat dari gunung api."
Ini tampaknya menjadi fase erupsi pertama setelah 2018 silam terjadi erupsi kecil yang memicu tsunami di Banten.
Sementara pengamatan dari Badan Geologi Indonesia menunjukkan bahwa tiga gunung berada dalam status waspad termasuk anak gunung Krakatau.
Sampai media asing menyoroti aktivitas anak gunung Krakatau ternyata erupsi Krakatau memang mengerikan karena dampaknya bisa diterima seluruh dunia jika berkaca pada sejarah.
Pada tahun 1883 gunung Krakatau melakukan erupsi yang menewaskan ribuan orang dan menjadi salah satu bencana geologis terburuk di zaman modern.
Kisahnya terjadi pada 20 Mei tahun itu gemuruh awal dan kawah dari gunung ini mulai aktif selama sekitar 200 tahun.
Selama 3 bulan berikutnya, ada ledakan kecil reguler dari Krakatau dari tiga ventilasi pada 11 Agustus di mana abu menyembur dari gunung kecil ini.
Hingga kemudian, erupsi mulai kuat pada 26 Agustus, dan pada saat itulah bencana mengerikan mulai terjadi.
Pada siang hari gunung Krakatau mengirim awan abu sejauh 20 mil ke udara dan getaran yang memicu beberapa tsunami.
Ini hanya indikasi kecil dari getaran yang memicu beberapa tsunami, tentang bagaimana yang akan terjadi berikutnya.
Selama empat setengah jam mulai pukul 5.30 pagi pada tanggal 27 Agustus, ada empat letusan besar yang sangat kuat.
Yang paling akhir membuat suara paling keras dan kuat yang pernah direkam di planet ini.
Bahkan terdengar hingga Australia tengan dan Pulau Rodrigues yang terletak 3.000 mil dari Krakatau.
Gelombang udara yang diciptakan oleh letusan terdeteksi di titik-titik dari seluruh muka bumi.
Letusan ini memiliki efek yang menghancurkan pulau-pulau dekat Krakatau, hingga memicu tsunami luar biasa yang menyapu ratusan desa di pesisir Jawa dan Sumatra.
Air mendorong daratan beberapa mil di tempat-tempat tertentu, dengan balok-balok karang seberat 600 ton berakhir di pantai.
Setidaknya 35.000 orang tewas, meskipun angka tersebut belum bisa dipastikan.
Tsunami berjalan hampir di seluruh dunia, gelombang tinggi yang luar biasa terlihat ribuan mil jauhnya pada hari berikutnya.
Gunung api ini melemparkan begitu banyak batu, abu dan batu apung ke atmosfer di daerah terdekat, bahkan matahari hampir tidak terlihat dalam beberapa hari.
Dalam beberapa minggu, matahari muncul dengan warna aneh di hadapan orang-orang dari seluruh dunia karena debu halus berhamburan di atmosfer.
Selama 3 bulan berikutnya, puing-puing tinggi di langit menghasilkan matahari terbenam berwarna merah yang jelas.
Dalam satu kasus, pemadam kebakaran di Poughkeepsie, New York, dikirim ketika orang-orang menonton matahari terbenam, karena mereka yakin melihat api dari kejauhan.
Lebih lanjut, lukisan Edvard Munch tahun 1893 'The Scream' diyakini melukiskan bagaimana dunia terjadi setelah erupsi Krakatau.
Selain itu, jumlah debu di atmosfer juga menyaring matahari dan panas yang cukup sehingga suhu global turun secara signifikan selama beberapa tahun.
Namun, setelah metelus gunung Krakatau hancul dan menyisakan anak Krakatau di sebuah pulau kecil yang terus tumbuh rata-rata 5 inchi setiap minggu.