Advertorial
Intisari-Online.com -Gunung Anak Krakatau dikabarkan mengalami erupsi pada Jumat (10/4/2020) pukul 21:58.
Selang beberapa jam kemudian, warga Jakarta, Depok, hingga Bogor mengakui mendengar bunyi dentuman.
Dentuman yang terjadi selama beberapa kali itu didengar warga Jakarata dan sekitarnya pada Sabtu (11/4/2020) pukul 02.00-03.00 WIB.
"Dentumannya sempat 15 menit tidak berhenti. Kalau saya dengar, dentumannya di langit sebelah barat," ujar Setyo (27), warga Citayam, seperti dilansir Kompas.com.
Beberapa orang bahkan menyatakan bahwa dentuman tersebut membuat beberapa benda di rumah bergetar.
"Teman-teman saya juga laporan, jendela dan pintu rumahnya getar tapi rumahnya tidak goyang karena gempa," ujar Aksa (26) warga Bogor.
Tak ayal suara dentuman tersebut kemudian dikaitkan dengan Gunung Anak Krakatau yang memang masih mengalami erupsi hingga Sabtu (11/4/2020) pukul 05.00.
Namun, banyak lembaga yang membantahnya meski mengakui adanya aktivitas unik di tujuh titik di Selat Sunda.
Misalnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang pada Sabtu pagi mengonfirmasi bahwa suara dentuman bukan berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau.
"Terkait suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat Jabodetabek, maka sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten," jelas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono lewat keterangan resmi, Sabtu pagi.
"Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik itu," imbuh dia.
Tipe letusan
Sementara itu,Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Rudy Suhendar mengatakan, sejak awal meletus, Gunung Anak Krakatau tidak pernah mengeluarkan dentuman.
"Gunung Anak Krakatau erupsi 10 April 2020 pukul 22.35 WIB. Sampai sekarang masih berlangsung. Sejak awal letusan hingga saat ini, di Pos Pengamatan Gunung Api Pasauran, Banten, tidak terdengar dentuman," kata Rudy dalam video rilis yang diterima Kompas.com, Sabtu (11/4/2020).
Rudy menjelaskan, tipikal letusan Gunung Anak Krakatau tidak bersifat eksplosif.
"Tipe letusan yang terjadi adalah strombolian," jelasnya.
Rudy belum bisa memastikan dari mana bunyi dentuman yang didengar warga Jakarta hingga Bogor itu.
"Terkait dengan dentuman yang terdengar di Jakarta tadi malam, kami tidak bisa mengorelasikan letusan Gunung Anak Krakatau dengan dentuman di Jakarta," ujar dia.
Hal unik di tujuh titik
Lebih lanjut, Rahmat mengungkapkan bahwasensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.
Oleh karena itu, erupsi GAK kali ini dinilai lebih lemah dibandingkan erupsi GAK yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.
"Kaena sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik. Sehingga erupsi GAK kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018," ujar Rahmat seperti dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com , Sabtu (11/4/2020).
Tetapi, ada hal menarik berdasarkan hasil monitoring seismik BMKG yakni pada Jumat (10/4/2020) pukul 22.59 WIB hingga 23.00 WIB, beberapa sensor seismik BMKG eksisting dan sensor baru yang dipasang pada 2019 mencatat adanya event gempa di 7 titik Selat Sunda.
Tujuh titik tersebut antara lain, CGJI (Cigeulis, Banten), WLJI (Wonosalam, Banten), PSSM (Pematang Sawah, Lampung), LLSM (Limau, Lampung), KASI (Kota Agung, Lampung), CSJI (Ciracap, Jawa Barat), dan KLSI (Kotabumi. Lampung).
(Retia Kartika Dewi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG Sebut Suara Dentuman Tidak Berasal dari Gempa Tektonik di Selat Sunda".