Advertorial
Intisari-Online.com – Kita melihat setiap kali pasangan ganda campuran “The Minions”, Markus Gideon dan Kevin Sanjaya, menang dalam pertandingan bulutangkis ketika kebetulan memakai kaos kuning. Apakah memang kaos kuning adalah kaus kemenangan?
Kalau kebetulan bentuk dan potongannya keren, kaus berwama kuning ngejreng, rasanya cukup funky juga buat dipakai jalan-jalan ke mal.
Namun, dalam olahraga balap sepeda, pemakaian kaus kuning bukan sekadar untuk gaya-gayaan.
Kaus yellow jersey ini dipakai untuk menandai pembalap yang memimpin dalam klasemen lomba. Maka yang berhak memakainya cuma satu orang.
Tradisi pemakaian kaus kuning (ada juga yang menyebutnya jaket kuning) dalam balap sepeda dimulai dari ajang lomba balap sepeda legendaris Prancis, Tour de France.
Sejarah resmi mencatat pembalap Prancis, Eugene Christope, yang kali pertama memakainya pada penyelenggaraan Tour de France 1919.
Tepatnya 19 Juli 1919, saat balapan memasuki etape kesebelas yaitu Grenoble ke Geneva.
Awalnya tidak sengaja. Sebelum balap dimulai, para wartawan bertanya kepada direktur perlombaan, Henri Desgrange, tentang cara membedakan pembalap yang memimpin lomba dengan pembalap lain.
Desgrange putar otak sejenak dan kemudian menyerahkan sebuah baju kuning ke Christope untuk dipakai sebagai tanda.
Baca juga: Inilah Menu Atlet Tour de France
Sejak saat itu, tradisi maillot jaune dimulai dan belakangan diikuti lomba-lomba balap sepeda di antero dunia lainnya.
Ada pendapat sinis menyatakan, kaus kuning sebenarnya hanya taktik Desgrange untuk menaikkan kembali gengsi Tour de France.
Karena Eropa umumnya masih babak belur gara-gara Perang Dunia I, Desgrange merasa harus membuat gebrakan promosi untuk kegiatannya, melalui pemakaian kaus itu.
Warna kuning konon diambil dari warna kertas suratkabar L'Auto, sebagai media pemberitaan resmi selama lomba.
Namun ada juga yang menyatakan, kuning terpilih lantaran warna itu tak lazim dipakai atlet balap sepeda saat itu.
Baca juga: Dari Larang Pakai Kaos Warna Kuning Sampai Pakai Jeans, Inilah 7 Aturan Aneh di Berbagai Negara
Karena baru saja selesai perang, warna baju orang saat itu umumnya sama, yaitu antara putih atau warna gelap. Kuning adalah pengecualian.
Pemakai kaus kuning tentunya bangga karena dialah pemimpin lomba. Namun lucunya, Christope sebagai pemakai kaus kuning pertama di dunia awalnya malah merasa malu, tepatnya bete.
Gara-garanya, selama lomba, ia terus diledek peserta lomba lain sebagai burung kenari.
Belakangan terbetik kabar, kaus kuning sebenarnya pernah dipakai pembalap Belgia, PhilipeThys, padaTour de France 1913.
Menurut pengakuan Thys, panitia sempat memintanya memakai kaus kuning sebagai tanda pembalap tercepat.
Thys sempat menolak. la memang dikenal rendah hati dan tidak ingin menonjolkan diri. Namun setelah dilobi timnya (Peugeot), ia akhirnya bersedia.
Baca juga: Dulu Dianggap Hanya Buat Pesolek, Kini Sepeda Dibalapkan dalam Asian Games 2018
Sayang, catatan tentang lomba saat itu dan kaus kuningnya telah musnah akibat perang. Namun rata-rata orang percaya pada pengakuan Thys.
Tour de France juga memulai tradisi pemakaian kaus lain yaitu, kaus hijau untuk pencatat angka terbanyak yang dimulai 1953.
Juga kaus polkadot untuk jagoan medan menanjak dan kaus putih untuk pembalap pemula di bawah 25 tahun. Keduanya dimulai 1975.
Lucunya, pola polkadot ini awalnya diambil dari bungkus permen coklat yang pertama kali menjadi sponsornya. Toh sampai sekarang, ternyata masih digunakan. (*/Tj)
Baca juga: Kisah Sudiyono, Petani yang Antarkan Anaknya yang Down Syndrome ke SLB Dengan Sepeda Ontel