Jika para konsumen berusaha mencari sengsu pukul 22.00 WIB dipastikan akan kecele karena semua pedagang sengsu sudah tutup.
Untuk mencari penjual sengsu yang para penjualnya tersebar di sepanjang desa dan jalur jalan Kulon Progo-Klepu-Godean- hingga kota Yogyakarta tidaklah sulit.
Jika bingung bahkan bisa bertanya kepada warga yang biasa memiliki warung makan pinggir jalan dengan kode pertanyaan, ‘’ Yang jual ‘jamu sengsu’ di mana Mas..?’’
Pertanyaan itu pun akan dijawab dengan jelas tanpa malu-malu.
Maka tidak mengherankan jika di Yogyakarta, kadang ada ‘blantik’ (makelar binatang) yang bertanya-tanya kepada warga yang pelihara anjing, apakah ‘wedus balap’-nya mau dijual atau tidak.
Maka jawabannya bisa beragam.
Misalnya, ‘’Gundulmu, asuku ora didol iki. Isih dinggo njegoki maling. Urung kepengen didol dinggo gawe jamu (Kepalamu, anjingku tidak dijual. Masih dipakai untuk nakut-nakuti maling. Belum kepingin dijual untuk dibikin jamu)’’.
Atau malah jawaban menggembirakan.
‘’Lumayan pelihara anjing enam bulan bisa dapat emas 1 gram...’’
BACA JUGA: Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR