Advertorial
Intisari-Online.com - Seperti yang kita tahu, sejumlah negara di Eropa tengah berjuang melawan virus corona (Covid-19).
Sebab, angka kematian di kawasan benua Eropa masuk yang tertinggi di dunia.
Mengalahkan tempat asalnya, China.
Dilaporkan jumlah kasus positif virus corona di Italia dan Spanyol mencapai 80.000 kasus dan 60.000 kasus.
Angka kematian di Italia bahkan tembus 10.000 kasus. Sementara di China hanya 3.000 lebih.
Di tengah itu, ternyata ada negara di Eropa yang walau jumlah kasus virus corona cukup tinggi, namun angka kematiannya tidak setinggi negara lain.
Mereka adalah negara Jerman.
Dilansir dari kompas.com pada Minggu (29/3/2020), menurut data Robert Koch Institute (RKI), lembaga resmi di Jerman yang mengeluarkan statistik Covid-19, tingkat kematian di Jerman berada di bawah 0,5 persen.
Hal itu berbanding terbalik dengan tingkat kematian di Italia (10 persen), Spanyol (7 persen), atau Indonesia (8 persen).
Data tersebut merujuk angka infeksi aktual berdasarkan data RKI 27 Maret 2020, ada 42.288 kasus, dengan angka kematian 253 kasus.
Lebih dari 6.000 orang sudah dinyatakan sembuh.
Lantas, apa kuncinya?
Tes cepat dan luas
Dilansir dari dw.com, angka kematian relatif kecil tersebut dikarenakan Jerman melakukan tes virus corona secara cepat dan luas.
Ungkapan tersebut dilontarkan oleh pakar virus dan epidemi dari rumah sakit Charite di Berlin, yang juga menjadi penasihat Pemerintah Jerman.
Selain itu, Jerman juga telah melakukan sangat banyak diagnosis laboratorium Covid-19 dibandingkan negara-negara Eropa lain.
Jerman mempunyai lebih banyak waktu mempersiapkan kapasitas laboratorium dan perawatan intensif pasien corona.
Untuk diketahui, kasus virus corona pertama di Jerman sudah terdeteksi pada 28 Januari 2020.
Penduduk Jerman jarang berkumpul
Penduduk di Italia dan Spanyol dikenal senang berkumpul dan menghabiskan waktu bersama-sama dalam kelompok besar, sedangkan di Jerman lebih jarang.
Mengenai situasi di Asia, pakar sosial dan ekonomi dari Universitas Bonn itu menerangkan, situasinya memang berbeda-beda.
Beberapa negara sudah belajar dari epidemi SARS tahun 2003 sehingga mereka sudah memiliki infrastruktur dan prosedur kesehatan yang berfungsi.
Di beberapa negara Asia misalnya, sudah ada rumah sakit dan klinik yang khusus untuk menangani kasus demam parah, kata Profesor Moritz Kuhn.
Itu sebabnya, di beberapa negara Asia tingkat kematian Covid-19 jauh lebih rendah daripada di Italia dan Spanyol.
Kedua pakar itu juga memperingatkan bahwa struktur populasi di Eropa menunjukkan tingginya jumlah penduduk berusia lanjut.
Mereka memperingatkan, terutama situasi di Eropa timur, bisa sangat berbahaya bagi penduduk usia lanjut karena infrastruktur kesehatan yang sering tidak memadai.
Baca Juga: Pemkot Tegal Terapkan 'Local Lockdown', Akses Masuk Kota Ditutup Pakai Beton hingga 4 Bulan ke Depan
Struktur sosial turut berpengaruh
Pakar sosial dan ekonomi dari Universitas Bonn, Profesor Moritz Kuhn dan Profesor Christian Bayer, menerangkan adanya faktor lain yang berpengaruh.
Faktor tersebut adalah struktur sosial di Jerman, di mana kebanyakan orang tidak tinggal dalam keluarga besar seperti di Italia atau Spanyol.
Banyak dari orang Jerman tinggal sendiri di apartemennya.
Kedua pakar tersebut melakukan penelitian struktur sosial di berbagai negara dalam kaitannya dengan penyebaran wabah.
Ditemukan bahwa makin banyak penduduk pada usia kerja yang tinggal dalam keluarga besar, makin cepat virus menyebar sejak awal epidemi.
Di Italia dan Spanyol, sebuah keluarga sering terdiri dari beberapa generasi yang masih tinggal dalam satu rumah, sangat berbeda dengan kecenderungan sosial di Jerman.
Selain itu, kecenderungan interaksi sosial juga berbeda.
(Dandy Bayu Bramasta)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Kunci Mengapa Angka Kematian akibat Virus Corona di Jerman Rendah")
Baca Juga: Kasus Ibu Ajak Anak Kandung Berhubungan Intim: Ini Dampak dari Perkawinan Sedarah Secara Ilmiah