Advertorial
Intisari-Online.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai mempertimbangkan tindakan pencegahan penularan lewat udara bagi untuk staf medis.
Hal tersebut dilakukan setelah sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus corona dapat bertahan hidup di udara dalam beberapa kondisi.
"Virus ini ditularkan melalui tetesan, atau sedikit cairan, sebagian besar melalui bersin atau batuk," kata Dr. Maria Van Kerkhove, Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO, sebagaimana dikutip CNBC, Senin (16/3/2020).
"Ketika Anda melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol seperti di fasilitas perawatan medis, Anda memiliki kemungkinan untuk apa yang kita sebut aerosolize partikel-partikel ini, yang berarti mereka dapat tinggal di udara sedikit lebih lama."
Baca Juga: Tak Miliki Gejala, Anak Muda Bisa Jadi Penyebar Virus Corona, Namun Berpeluang Besar untuk Sembuh
Dia menambahkan: "Sangat penting bahwa petugas kesehatan mengambil tindakan pencegahan tambahan ketika mereka bekerja pada pasien dan melakukan prosedur itu."
Para pejabat kesehatan dunia mengatakan, penyakit pernapasan menyebar melalui kontak manusia ke manusia, tetesan yang dibawa melalui bersin dan batuk serta kuman yang tertinggal pada benda mati.
Virus corona dapat melayang di udara, tetap menggantung di udara tergantung pada faktor-faktor seperti panas dan kelembaban.
Kerkhove mengatakan para pejabat kesehatan mengetahui beberapa penelitian di sejumlah negara dengan lingkungan yang berbeda Covid-19 dapat bertahan.
Baca Juga: Ahli Temukan Gejala Baru Virus Corona, Mendadak Tak Bisa Mencium Bau
Para ilmuwan secara khusus melihat bagaimana kelembaban, suhu hingga pencahayaan ultraviolet mempengaruhi penyakit ini.
Selain itu, juga berapa lama virus tersebut dapat hidup di permukaan benda yang berbeda, termasuk baja, katanya.
Pejabat kesehatan menggunakan informasi-informasi ini untuk memastikan bahwa pedoman WHO telah sesuai.
“Sejauh ini, kami yakin bahwa pedoman yang kami miliki sesuai,” tambah Kerkhove.
Maka dari itu, pejabat kesehatan merekomendasikan staf medis memakai masker N95 karena mampu menyaring sekitar 95% dari semua partikel cair atau udara yang ada.
“Di fasilitas layanan kesehatan, kami memastikan petugas layanan kesehatan menggunakan tindakan pencegahan tetesan standar tanpa pengecualian,” kata Kerkhove.
Sementara, Robert Redfield, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, mengatakan kepada Kongres bahwa pihaknya secara agresif mengevaluasi berapa lama Covid-19 dapat bertahan, terutama di permukaan.
“Pada tembaga dan baja, ini cukup tipikal, kira-kira dua jam,” kata Redfield. “Tapi saya akan katakan di permukaan lain seperti kardus atau plastik (akan bertahan) lebih lama, jadi kami melihat ini.”
Secara terpisah, Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Senin (16/3/2020) bahwa ada peningkatan cepat kasus Covid-19 selama seminggu terakhir.
Tedros mengatakan, “Kami memiliki pesan sederhana untuk semua negara: uji, uji, uji. Uji setiap kasus yang dicurigai. Jika mereka positif, isolasi mereka dan cari tahu dengan siapa mereka melakukan kontak dari dua hari sebelum mereka menunjukkan gejala dan uji juga orang-orang tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut penelitian itu, virus corona bisa menyebar melalui udara.
Namun, yang perlu dicatat, itu terjadi pada udara di sekitar lingkungan fasilitas medis.
Jadi, virus corona dapat bertahan di udara sekitar fasilitas medis, sehingga staf medis berisiko terkena virus tersebut.
Oleh karena itu, jika kondisi tidak urgent, kita tidak perlu pergi ke fasilitas medis seperti rumah sakit agar meminimalisir penularan corona melalui udara yang lebih riskan di area tersebut.