Pada tahun 1985 itu pula, paling tidak di dunia ada lebih dari 40.000 hulu ledak nuklir dengan kekuatan ledak berkisar antara seperduapuluh sampai ribuan kali dari ledakan atom yang terjadi di Hiroshima.
Rudal-rudal itu tentu amat menggetarkan. Namun, negara-negara pembuatnya seolah menikmati benar predikat yang kemudian disandang.
Sebagai pembuat, mereka selanjutnya dikenal sebagai negara digdaya yang bisa mengatur dunia.
Rudal-rudal yang amat mematikan itu sendiri kemudian sering dikedepankan setiap kali mereka terlibat dalam konflik kepentingan skala global.
Selain dari bobot dan jenis hulu ledak yang dibawa, kedigdayaan rudal-rudal itu bisa dirunut dari seberapa hebat sistem navigasi dan sistem penjejak sasaran yang diadopsi.
Dalam kaitan ini secara umum rudal-rudal tersebut dikelompokkan ke dalam tiga katagori.
Pertama, adalah rudal bersistem penjejak pasif. Kedua, rudal bersistem penjejak aktif. Dan, ketiga, rudal-rudal preset atau dengan sasaran yang telah di-set tetap beberapa saat sebelum diluncurkan.
Rudal pasif, maksudnya adalah rudal yang menuju sasaran dengan penjejak yang telah dirancang mengikuti sinyal atau jejak yang ditinggalkan atau dipancarkan sasaran tersebut.
Perancangnya biasa menyebut manuvernya sebagai “home in” atau “pulang ke rumah”. Masuk ke dalam katagori ini adalah rudal-rudal dengan sistem penjejak panas, seperti AIM-9 Sidewinder.
Kebalikannya adalah rudal aktif. Rudal jenis ini harus mengaktifkan radar atau kamera atau dikendalikan dari jauh agar bisa mencapai sasarannya.
Di antara sistem aktif pasif, sekelompok perancang toh bisa menggabungkannya menjadi rudal dengan sistem semi-aktif.
Lalu bagaimana dengan rudal preset? Sistem ini biasa digunakan untuk rudal-rudal balistik yang diluncurkan dari suatu tempat ke sasaran di lokasi tetap.
Rudal jenis ini biasa digunakan rudal-rudal strategis untuk menghancurkan pangkalan militer atau kota seperti tiga sasaran strategis Suriah yang berhasil dihantam militer AS dan koalisinya (14/4/2018).
Dari sekian banyak teknologi penjejak sasaran yang digunakan pada masa kini; sistem inertial guidance, stellar inertial guidance, dan Tercom (Terrain Contour Matching) adalah yang paling diandalkan rudal-rudal moderen.
Pencapaian teknologi ini tak lain adalah untuk meminimalisasi rintangan alam maupun rintangan buatan hasil rekayasa teknologi penangkal rudal.
Teknik penyocokan kontur digital atau yang biasa disebut sebagai Terrain Contour Matching, misalnya, dibuat agar sang rudal bisa mengecoh radar pertahanan udara.
Dengan Tercom, rudal akan terbang rendah dan mencapai sasaran dengan cara mengikuti koordinat tiga dimensi dari peta kontur yang direkam di kepalanya.
Teknologi semacam ini diadopsi rudal jelajah BGM-109 Tomahawk yang namanya makin populer setelah digunakan oleh militer AS untuk menghantam sejumlah sasaran strategis di Suriah pada pertengahan April 2018.
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR