"Lalu saya samperin, terus saya kasih uang Rp10 Ribu 'kamu ngopi aja daripada ketabrak sepur' saya bilang gitu," katanya pada awak media di lokasi, Kamis (19/3/2020).
Seakan tak terima jikalau percobaan bunuh dirinya digagalkan Teguh, pria itu lantas berlalu seraya meracau menjauh meninggalkan Teguh.
"Nah terus jalan sama saya di situ kan ada jalan anaknya itu malah masuk sana (pekarangan dekat sungai). Saya kembali ke pos," terangnya.
Teguh mengaku hanya sebatas itu komunikasi yang dilakukannya dengan pria bernasib nahas itu.
Selebihnya, ia malah mengaku tercengang saat beberapa orang sekira pukul 20.40 WIB berteriak gaduh di depan pos penjagaannya.
"Ada anak yg tahu, 'pak pak ada yang bunuh diri'," jelasnya.
Ternyata dugaannya tak keliru, pria berperangai aneh yang ditemuinya sore tadi berhasil memungkasi keinginannya mengakhiri hidup.
3. Bukan orang gila
Saksi mata Bejo (56) mengaku sempat berkomunikasi dengan pria bertubuh gempal dengan tinggi 180 sentimeter itu.
Selama diajak berkomunikasi, pria itu berperangai laiknya orang yang sedang dikejar-kejar oleh suatu hal yang mengancam.
Artinya penggunaan bahasa saat berkomunikasi dengannya tidak 'ngelantur' laiknya ODGJ.
"Orang stres dan ketakutan kan beda.
Ini kayaknya kok ketakutan gitu, tolah toleh gitu," ujar tukang tambal ban itu pada TribunJatim.com di lokasi, Kamis (19/3/2020).
Hanya saja, ungkap Bejo, pria itu sama sekali tidak menyebut secara pasti perihal identitas mulai dari nama, tempat tinggal, apalagi masalah yang sedang dihadapinya.
"Kalau nama sing enggak. Kalau rumah, tadi dimana ya. Iya kayaknya surabaya sini lho. Wah lupa aku,"
4. Sampaikan wasiat
Pria tanpa identitas berusia 30 tahun yang tewas terseret kereta api (KA) Argo Wilis di rel KA kawasan Jalan Ketintang Madya, Jambangan, Surabaya sempat menyampaikan wasiat.
Wasiatnya pria berkaus hitam dengan tinggi badan sekira 180 sentimeter itu disampaikan langsung kepada para pengunjung warkop di dekat rek KA kawasan tersebut.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR