Advertorial
Intisari-online.com -Seorang Professor dari Universitas Hong Kong, Yuen Kwok-yung membeberkan hasil penelitian yang cukup mengejutkan.
Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus Corona tidak akan berakhir sampai akhir tahun ini, dijelaskannya demikian.
Yuen Kwok-yung adalah seorang profesor bidang mikrobiologi dari Universitas Hong Kong.
Ia juga mewanti-wanti pemerintah untuk lakukan kontrol pengukuran melawan penyakit ini.
Pasalnya, meski situasi di seluruh wilayah Tiongkok membaik untuk musim panas mendatang, bukan tidak mungkin virus datang lagi dari belahan bumi selatan saat musim dingin.
"Pandemi ini, kami pikir, mungkin tidak akan berakhir," ujarnya dilansir dari South China Morning Post dalam wawancara yang direkam dalam sebuah stasiun TV yang ditayangkan pada Minggu 8/3/2020.
"Akan ada kasus berkebalikan. Awalnya banyak negara takuti mendapat virus Corona dari kami, kini kami takut mendapatkannya dari mereka."
Akhir Februari lalu, infeksi Covid-19 telah melonjak di Korea Selatan, Italia dan Iran.
Ketiga negara ini telah menjadi negara-negara dengan jumlah kasus tertinggi di luar China.
Sementara itu, melansir Kontan.co.id dari Bloomberg, India diramal bisa menjadi hotspot global berikutnya untuk kasus virus corona.
Para ahli memperingatkan, sejumlah langkah untuk menahan penyebaran virus yang terbukti berhasil di negara lain di Asia, mungkin tidak akan bekerja jika diterapkan di negara dengan populasi terpadat kedua di dunia tersebut.
Melansir Bloomberg, sejauh ini India sudah melaporkan 137 kasus infeksi positif corona dengan tiga kasus kematian.
Baca Juga: Jika RS Tak Cukup untuk Pasien Corona, Ini yang Akan Dilakukan untuk Mengisolasi Pasien Covid-19
Pada hari Selasa, Dewan Penelitian Medis India mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan kapasitas pengujian negara menjadi 8.000 sampel sehari dari 500 saat ini.
Direktur jendral Dewan Penelitian Medis India Balram Bhargava menyatakan tidak ada "bukti" dari penularan virus di masyarakat.
Akan tetapi, beberapa pakar di negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu mengatakan tidak akan ada upaya yang cukup untuk menahan penyebaran virus.
Langkah-langkah lain seperti pengujian luas dan jarak sosial mungkin tidak mungkin dilakukan di kota-kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan infrastruktur kesehatan yang reyot.
Menurut Dr. T. Jacob John, mantan kepala Dewan India untuk Pusat Penelitian Medis untuk Penelitian Lanjutan dalam Virologi, sebuah lembaga yang didanai pemerintah kepada Bloomberg, meski pertumbuhan jumlah kasus positif corona dalam jumlah total telah melambat saat ini, namun jumlahnya akan 10 kali lebih tinggi pada 15 April.
"Mereka tidak memahami bahwa ini adalah longsoran salju," kata John, yang juga ketua Kelompok Penasihat Ahli Pemerintah India untuk Pemberantasan Polio dan kepala Pusat Referensi HIV / Aids Nasional di Christian Medical College di Vellore.
"Ketika setiap minggu berlalu, longsoran salju semakin besar dan semakin besar."
Sejauh ini, India relatif tidak terpukul oleh virus corona dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.
Dan Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan negara Asia Selatan melakukan yang terbaik untuk memerangi penyebaran virus.
Kekhawatiran utama di India adalah Maharashtra, wilayah dengan tingkat urbanisasi tertinggi di India dan rumah bagi ibukota keuangan Mumbai dan indeks acuan bursa saham.
Kota ini telah melaporkan penyebaran infeksi terbesar dengan 39 kasus.
Pemerintahnya telah menyerukan agar kota-kota melakukan penguncian pada hari Senin - menutup semua tempat umum, menunda ujian universitas dan meminta kantor pemerintah dan perusahaan swasta untuk memastikan setidaknya setengah dari staf mereka bekerja dari rumah.
Baca Juga: Kasus Ibu Ajak Anak Kandung Berhubungan Intim: Ini Dampak dari Perkawinan Sedarah Secara Ilmiah
"Maharashtra sudah masuk dalam tahap kedua saat ini," ujar Rajesh Tope, menteri kesehatan Maharashtra mengatakan kepada wartawan di Mumbai.
"Tetapi jika kita tidak membatasi atau menghentikan infeksi agar tidak menularkan penyakit menular ini, kita bisa turun ke tahap tiga dan itu berarti lonjakan jumlah infeksi," katanya.
Selain ukurannya yang sempit, tantangan lain India adalah kepadatan populasi.
Mengutip Bloomberg, sekitar 420 orang hidup di setiap kilometer persegi (sekitar 0,4 mil persegi), dibandingkan dengan 148 per kilometer persegi di China.
Kota-kotanya dipenuhi dengan daerah kumuh dan cluster perumahan berpenghasilan rendah di mana kondisi kehidupan sangat ketat dengan persaingan.
Sebelumnya, pemerintah India sudah memberlakukan sejumlah kebijakan untuk menahan laju penyebaran wabah corona.
Mengutip Reuters, India akan menangguhkan sebagian besar visa dari negara lain ke negara itu.
“Semua visa yang ada, kecuali diplomatik, resmi, organisasi internasional, ketenagakerjaan, visa proyek, Amerika Serikat, ditangguhkan hingga 15 April 2020,” demikian pernyataan resmi Kementerian Kesehatan India seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Kenali Perbedaan ODP, PDP dan Suspect Covid-19, Simak Penjelasan Lengkapnya
Jutaan warga negara asing asal India, yang secara tradisional diberikan akses bebas visa, sekarang juga perlu mendaftar, demikian bunyi pernyataan itu.
Pemerintah India juga menegaskan, siapa pun yang memiliki "alasan kuat" untuk melakukan perjalanan ke negara itu dapat menghubungi kedutaan besar India terdekat mereka.
Negara ini juga mendesak warganya untuk menghindari semua perjalanan tidak penting ke luar negeri.
Pada pekan lalu, India sudah menangguhkan pemberian visa kepada warga Prancis, Spanyol dan Jerman sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Pembatasan semacam itu sudah diberlakukan bagi warga China, Italia, Iran, Jepang, dan Korea Selatan - lima negara yang paling parah dilanda wabah virus.
Reuters memberitakan, maskapai nasional Air India mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka menangguhkan penerbangan ke Italia dan Korea Selatan masing-masing hingga 28 Maret dan 25 Maret.
India juga telah menutup perbatasan dengan tetangganya Myanmar untuk melawan wabah itu, karena negara-negara di seluruh Asia Selatan melaporkan peningkatan kasus.
Sejauh ini belum ada kasus yang dikonfirmasi di Myanmar.
"Sebagai tindakan pencegahan (untuk mencegah) penularan virus corona, perbatasan internasional dengan Myanmar telah ditutup ... sampai diperintahkan lebih lanjut," jelas N. Biren Singh, kepala menteri negara bagian Manipur di timur laut, yang berbagi perbatasan dengan Myanmar, mengatakan dalam sebuah tweet pada hari Selasa seperti yang yang dikutip Reuters.
(Barratut Taqiyyah Rafie)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Ramalan para ahli: India bisa menjadi hotspot virus corona berikutnya