Baca juga:Mumi Berusia 1.500 Tahun Ini Memakai Sepatu 'Adidas'
Semua ini service dari Adidas? Sama sekali tidak. Pembuatan sepatu khusus paling lama makan waktu sehari, tetapi harganya tiga kali lipat. Bagi Adidas yang penting ialah perkembangan baru dan aktivitas para bintang dianggap sebagai iklan tidak langsung.
Perkembangan sepatu jelas dapat dilihat dalam museum Adidas. Pada akhir abad yang lalu sepatu sepakbola asli Inggeris beratnya tak kurang dari 585 gram. Tahun 1914 pun masih 545 gram. Baru dalam tahun limapuluhan perbaikan berjaIan cepat.
Kaki kiri Helmuth Rahn tahun 1954 dihias dengan sepatu yang sekarang bisa dianggap terompah, namun biarpun sepatu “terompah" kaki Rahn juga yang membuat tendangan menentukan di Swiss sehingga Jennan mendapat titel dunia. Karena itulah sepatu Rahn masuk museum Adidas.
Dua sepatu bekas Franz Beckenbauer membuktikan tehnik tendangnya. Sepatu kirinya ujungnya sudah aus sedangkan sepatu kanannya bagian luarnya tak keruan. Sepatu itu sekarang beratnya memang sekitar 200 gram. Namun Adi Dassler tidak tinggal diam.
Berkat sepatu - sepatu itu Herzogennaurach, desa dekat Neurenberg juga ikut makmur. Di lapangan desa ada papan penunjuk ke industri-industri setempat. Ke kiri ke Adidas, ke kanan ke Puma di mana Rudolf Dassler membuat sepatu-sepatunya.
Suatu pertikaian keluarga tahun 1948 yang menyebabkan usaha itu pecah. Oranye untuk pertandingan World Cup mengenakan sepatu Adidas sedangkan Johan Cruff dan Arie Haan mengenakan sepatu Puma. Kontrak ialah kontrak.
Bagi penduduk Herzogennaurach persoalan Adi atau Rudolf Dassler bukan menjadi soal. Orang-orang di sana suka mengenakan sepatu Puma, baju latihan Adidas dan koper dengan nama Adi. Ah masa bodoh. (Telesport – Intisari Agustus 1974)
Baca juga:Adidas Ultra Boost, Sepatu Impian Para Pelari Maraton
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR