Advertorial
Intisari-online.com -Kekhawatiran akan paparan virus corona tak hanya terjadi di ruang-ruang publik.
Di kamar isolasi rumah sakit yang menjadi rujukan pemerintahan pun, kekhawatiran itu tetap ada.
Bahkan, ancamannya nyata di depan mata.
Hal ini terlihat dari kondisi ruang isolasi RSUD Pasar Minggu pada Minggu (15/3/2020) malam yang penuh dengan pasien suspect virus corona.
Baca Juga: Video Puluhan WNA asal China Datang di Bandara Haluoleo Kendari Viral, Ini Fakta Sebenarnya
Lantaran membeludaknya pasien, satu ruangan isolasi berukuran 3x4 meter bisa diisi sampai enam orang.
Jarak dua meter yang disebut sebagai jarak aman untuk mencegah penyebaran virus corona pun tak berlaku di ruangan ini.
Bahkan, ada beberapa pasien yang akhirnya memakai kursi roda dan tidur di lantai tanpa mendapatkan kasur.
Ini tentu bukan kondisi ideal sebuah ruang isolasi.
Lebih parahnya lagi, malam itu beberapa pasien suspect belum menjalani tes swab untuk memastikan mereka positif atau negatif virus corona.
Hal ini disampaikan salah seorang pasien suspect yang turut dirawat di kamar itu. Kami rahasiakan identitasnya demi kenyamanan pasien.
Kami menyebutnya pasien A. A bukanlah inisial nama sebenarnya.
"Ruang isolasi parah, ukurannya kira-kira 3x4 meter. Tapi, isinya malam ini sudah enam orang," ujar A kepada Kompas.com pada Minggu tengah malam.
A menuturkan, pasien terus-menerus masuk.
Alhasil, ada pasien yang harus menggunakan kursi roda karena tak kebagian kasur di rumah sakit itu.
Ada pula yang tidur di lantai, kata A.
Mereka yang dikarantina memiliki gejala yang beragam di ruangan itu, mulai dari batuk ringan hingga batuk berat.
Rentang usianya pun cukup beragam, baik muda maupun tua.
A mengaku tak mendapatkan informasi yang pasti dari rumah sakit soal penanganan yang akan dia dapat.
Sejak kemarin, pihak rumah sakit mengatakan bahwa ruang rawat di kamar itu penuh.
Pihak rumah sakit menjanjikan dirinya akan dirujuk ke rumah sakit lain.
Baca Juga: Pernah Memotret Orang Secara Diam-diam? Awas, Anda Bisa Kena Denda Hingga Berujung di Penjara
Namun, hingga pagi ini dia belum mendapat kepastian.
Selama dirawat di RSUD Pasar Minggu, A sudah menjalani tes darah dan juga thoraks.
Hasilnya, dokter menyebutkan kondisi A baik.
Namun, A masih harus menjalani satu tes lagi yakni tes swab untuk memastikan dirinya terpapar atau tidak dari virus corona.
Belum ada alat "swab"
Hal yang jadi persoalan kemudian tak hanya soal ketersediaan ruang isolasi yang jauh dari memadai.
Sebagai rumah sakit rujukan, rumah sakit ini ternyata juga belum memiliki alat untuk tes swab.
"Katanya baru akan datang Senin ini. Jadi belum tes swab," ucap A.
A pun khawatir dirinya akan benar-benar terpapar virus corona dengan kondisi ruang isolasi yang penuh sesak.
Alhasil, A dan sejumlah pasien lain meminta untuk pulang dan mengisolasi diri di rumah saja.
Namun, permintaan ini ditolak rumah sakit.
"Alasannya belum dites swab. Padahal, alatnya belum ada juga," ucap A.
Hal senada juga disampaikan pasien B.
B lebih dulu masuk ke rumah sakit daripada pasien A.
Namun, hingga tadi malam, pasien B juga tak mendapat kepastian soal rumah sakit rujukan.
Berbeda dari pasien B, A sudah menjalani tiga kali tes, termasuk swab.
Namun, dia belum mendapatkan hasil tes sehingga masih tetap harus dikarantina.
"Katanya bisa pulang, tapi harus tanda tangan surat pernyataan dan RS tak bertanggung jawab kalau kita pulang. Masalahnya di sini, RS campurin gue sama orang-orang PDP lain dan sampai sekarang belum kasih ruang isolasi yang layak," tutur B.
Namun, pada dini hari tadi, B akhirnya sudah dirujuk ke rumah sakit lain.
Saat dirujuk itu pun, pasien B juga belum mendapat informasi soal hasil pemeriksaan laboratorium di RSUD Pasar Minggu.
(Sabrina Asril)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satu Malam "Berkerumun" di Ruang Isolasi RSUD Pasar Minggu..."