Program Merdeka Belajar Kemendikbud Jaring Ribuan Organisasi dan Relawan (4)

None
,
Ade S

Tim Redaksi

Membaca adalah awal dari proses belajar untuk semua bidang yang lain, kenyataan di atas itu sungguh sangat memprihatinkan.
Membaca adalah awal dari proses belajar untuk semua bidang yang lain, kenyataan di atas itu sungguh sangat memprihatinkan.

Oleh: Inggriani Liem dari BebrasIndonesiadan Lily Wibisono

Bagian 4 dari 4 artikel.

Intisari-Online.com -Banyak perusahaan piranti lunak asing kesulitan memperoleh SDM di Indonesia karena para calon itu gagal pada kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Sejauh ini prakarsa yang telah dilakukan oleh Kemendikbud terkait literasi membaca adalah menerbitkan Buku Pedoman Gerakan Literasi Nasional (GLN), pada September 2017, di bawah Mendikbud Muhadjir Effendy.

Menurut Peta Jalan GLN, literasi baca tulis dimaknai sebagai pengetahuan dan kemampuan membaca dan menulis, mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis, serta kemampuan menganalisis, menanggapi dan menggunakan bahasa.

Dalam Gerakan Literasi Nasional, pengembangannya didasarkan pada lima prinsip dasar: keutuhan dan kemenyeluruhan, keterpaduan, keberlanjutan, kontekstualitas, responsif kearifan lokal.

Baca Juga: Berita Hoax dan Kemampuan Literasi Orang Indonesia: Orang Awam Gampang Termakan Hoaks karena Tingkat Literasinya Rendah

Ditentukan indikator literasi baca-tulis di sekolah, dalam keluarga, dan masyarakat.

Sayangnya, cara yang harus ditempuh untuk meningkatkan literasi itu sendiri justru tidak disinggung.

Syukurlah baru-baru ini Kemendikbud RI baru saja mencanangkan program Organisasi Penggerak.

Tidak terhambat oleh kegelisahan akibat merebaknya virus Covid 19, melalui link livestreaming Program Merdeka Belajar: Episode keempat, Organisasi Penggerak yang ditayangkan 10 Maret 2020, Mas Menteri Nadiem Makarim mengajak organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan dan relawan untuk berpartisipasi dalam memajukan pendidikan, kali ini untuk literasi dan numerasi PAUD, SD, dan SMP.

Luar biasa, karena dalam waktu singkat telah mendaftar lebih dari 3300 organisasi dan 12,000 lebih relawan. Jadwal pendaftaran masih terbuka sampai dengan 16 April 2020. Lihat di sini.

Program pemerintah ini juga terkait "Kampus Merdeka",, yang akan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan SKS dengan menjadi relawan yang bekerja sama dengan Organisasi Penggerak di sekolah-sekolah penggerak.

Kita sendiri dapat memulai upaya-upaya mandiri kita berdasarkan pedoman yang dicanangkan oleh badan dunia maupun oleh kemendikbud.

Seperti kita ketahui, adalah P21 Framework, sebuah model yang disusun atas inisiatif lembaga nirlaba The Partnership for 21st Century Learning.

Kegiatan ini melibatkan Departemen Pendidikan AS, lembaga-lembaga yang terkait dengan pendidikan di sana, juga korporasi-korporasi raksasa (Apple Computer Inc., AOL Time-Warner Foundation, Cabel in the Classroom, Cisco System, Dell Computer Corporation, Microsoft Corporation, SAP).

Secara ringkas, mereka merumuskan bahwa selain dibutuhkan penguasaan atas pelajaran-pelajaran kunci, manusia modern juga harus menguasai kecakapan belajar dan inovasi (4C: kemampuan Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Creativity) kecakapan untuk hidup dan berkarier (fleksibel dan kemampuan beradaptasi, inisiatif dan mampu menentukan arah untuk diri sendiri, kecakapan bergaul dan membina relasi antar-budaya, produktivitas dan dapat akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung jawab), dan kecakapan dalam bidang informasi dan teknologi. Terkait 4C, Nadiem Makarim telah menambahkan lagi 2C yaitu: Computational Thinking (CT) dan Compassion.

Oleh karena boleh dikatakan literasi membaca seperti yang digambarkan oleh pedoman PISA adalah Computational Thinking, maka bolehlah kita "meminjam" pemahaman PISA itu untuk mengembangkan literasi membaca anak-anak atau para siswa kita.

Barangkali, salah satu bentuk tes yang paling awal harus ditinggalkan adalah bentuk-bentuk pilihan ganda.

Lebih banyak memberikan tugas membaca buku kepada anak-anak, lebih banyak berdiskusi, dan memberikan "ruang gerak" bagi gagasan-gagasan liar anak ... mungkin hanya beberapa ide awal saja.

Alih-alih "mengharuskan" bahwa warna langit selalu biru, mengapa kita tidak menerima bahwa langit yang digambar anak berwarna kelabu, dengan alasan yang tepat?

Mengingat tes PISA 2021 akan menekankan pada Computational Thinking, semoga hasil tes anak-anak kita tahun depan akan semakin baik.

Ayo Indonesia, kita kejar ketertinggalan kita ...!

Artikel Sebelumnya: Perusahaan Piranti Lunak Asing Sulit Dapatkan SDM di Indonesia (3)

Artikel Terkait