Lalu yang ketiga, keterangan dari Raden Saleh, pelukis yang menggambarkan bentuk keris Kiai Nogo Siluman.
Bukti-bukti ini kemudian dikonfirmasi oleh Sri Margana, yang juga tergabung dalam tim ahli Indonesia.
24 Februari 2020 Margana terbang ke Negeri "Kincir Angin" guna memastikan keaslian keris tersebut.
Keris Kiai Nogo Siluman berbahan dasar besi warna hitam dengan ukiran warna emas.
Di sekujur bilah keris terdapat wujud naga yang tubuhnya memanjang.
Dulunya, tubuh naga itu berlapis emas tapi sekarang hanya tersisa beberapa jejak emasnya.
Ukiran naga juga tersembunyi di bagian bawah, berdekatan dengan gagang keris. Sosok naga ini hanya bisa dilihat dari posisi tertentu.
Reuni dengan barang-barang Pangeran Diponegoro lainnya
Kembalinya keris Pangeran Diponegoro ke Indonesia juga menandai "reuni" barang-barang peninggalan pemimpin Perang Diponegoro itu.
Tahun 1975 terjalin perjanjian antara Indonesia dan Belanda untuk pengembalian warisan budaya dari tokoh-tokoh sejarah.
Tiga tahun kemudian perjanjian ini diwujudkan dengan pengembalian arca Prajnaparamita, dan 237 benda berharga hasil jarahan Perang Lombok 1894 di Puri Cakaranegara, Lombok.
Tiga benda yang pernah dipakai Pangeran Diponegoro juga dikembalikan, yakni payung kehormatan, tombak, dan pelana kuda.
Kemudian di saat bersamaan Yayasan Granje-Nassau menghadiahkan lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro yang dibuat oleh Raden Saleh.
Tahun 2015, sebuah tongkat milik Pangeran Diponegoro dikembalikan ke Indonesia dan disimpan di Museum Nasional.
Tongkat bernama Kanjeng Kyai Cokro ini sebelumnya disimpan selama 181 tahun oleh keluarga keturunan Jean Chretien Baud, yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1833-1834.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "150 Tahun, Jalan Panjang Keris Pangeran Diponegoro untuk Pulang"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR