Advertorial
Intisari-Online.com- Lebih dari separuh pasien yang terinfeksi Covid-19 sembuh.
Angka pasien yang sembuh di seluruh dunia pun terus bertambah. Hingga Jumat (6/3/2020), total pasien yang sembuh sedikitnya 55.637 orang.
Sementara total orang yang terinfeksi ada 98.424 orang dengan angka kematian 3.386.
Ketika virus mematikan terus menyebar di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 12.000 infeksi di luar China, para ilmuwan dari berbagai negara berlomba melawan waktu untuk mengembangkan vaksin dan terapi yang efektif untuk mengendalikan penyebaran virus dan mencegahnya menjadi pandemi.
Pada saat yang kritis ini, para analis menilai, kerja sama antara negara-negara yang terkena dampak virus semakin penting untuk menemukan jalan keluar, bukan persaingan.
MelansirGlobal Times, sebuah tim peneliti ahli militer Tiongkok dilaporkan telah mencapai terobosan besar dalam mengembangkan vaksin untuk virus corona baru (COVID-19).
Media Tiongkok memandangnya sebagai pemain yang bisa diharapkan dalam penemuan vaksin COVID-19 global yang melibatkan puluhan lembaga penelitian ilmiah, pemerintah dari berbagai negara dan perusahaan swasta.
China Central Televisi (CCTV) melaporkan pada hari Selasa, tim pakar medis militer Tiongkok yang dipimpin oleh Chen Wei, seorang jenderal besar PLA dan seorang akademisi di Akademi Ilmu Kedokteran Militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), telah mencapai kemajuan penting dalam mengembangkan vaksin untuk COVID-19.
Baca Juga: Sedang Dikarantina di Batam, Dua Ojek Online Suspect Corona Malah Kabur
"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk menempatkan vaksin yang kami kembangkan ke dalam aplikasi klinis," katanya kepada CCTV.
Laporan CCTV juga menguraikan serangkaian prestasi penelitian yang ditoreh oleh Akademi Ilmu Kedokteran Militer, termasuk alat pengujian virus, obat-obatan dan vaksin.
Global Times melihat bahwa informasi dari terobosan besar seperti itu hanya disebutkan secara singkat dalam program CCTV.
Kemudian, banyak platform media sosial kemudian menghapus informasi terkait, menunjukkan sikap bijaksana pemerintah China terhadap pengembangan vaksin serta proses pengembangan yang tidak dapat diprediksi.
Berpacu dengan waktu
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi global Covid-19 telah mencapai sekitar 100.000 kasus pada hari Rabu, dengan lebih dari 3.000 kematian.
Penyakit ini memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi daripada flu musiman.
Mengingat keseriusan penyakit ini, petugas kesehatan dan ilmuwan telah berusaha untuk menemukan terapi yang efektif untuk memberantasnya, vaksin menjadi satu hal yang menjanjikan.
Chen mengatakan kepada CCTV bahwa mereka telah didorong oleh pernyataan pemimpin puncak China tentang percepatan penelitian dan pengembangan ilmiah (R&D) dalam memerangi virus mematikan dengan menghadirkan lebih banyak produk teknologi inti yang dikembangkan sendiri untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat, terutama dengan membuat terobosan besar dalam pengembangan vaksin.
Song Zhongping, seorang pakar militer China dan komentator TV mengatakan, militer China telah melakukan banyak penelitian karena telah memperoleh pengalaman berharga dengan virus seperti SARS dan Ebola.
Lembaga penelitian militer memiliki sistem yang ramping dengan pembatasan eksekutif yang lebih sedikit, catat para analis.
Menurut WHO, lebih dari 20 jenis vaksin melawan COVID-19 sedang dikembangkan secara global dan beberapa terapi sedang menjalani uji klinis.
Di China, 18 lembaga anggota dari Asosiasi Vaksin China telah bersama-sama memulai pengembangan vaksin.
Persaingan vaksin?
Vaksin DNA Amerika dan perusahaan terapi kekebalan tubuh Inovio Pharmaceuticals juga mengumumkan Selasa bahwa mereka dapat memulai uji klinis vaksin COVID-19 bulan depan pada 30 sukarelawan sehat di AS, dan untuk diuji pada orang-orang di China dan Korea Selatan segera sesudahnya.
Melansir BBC, di laboratorium Inovio di San Diego, para ilmuwan menggunakan jenis teknologi DNA yang relatif baru untuk mengembangkan vaksin potensial.
"INO-4800" - seperti yang sekarang disebut - dengan rencana untuk memasuki uji coba manusia pada awal musim panas.
Kate Broderick, wakil presiden senior penelitian dan pengembangan di Inovio, mengatakan:
"Setelah China menyediakan urutan DNA dari virus ini, kami dapat menggunakannya melalui teknologi komputer lab kami dan merancang vaksin dalam waktu tiga jam. Vaksin DNA kami adalah novel karena menggunakan sekuens DNA dari virus untuk menargetkan bagian-bagian tertentu dari patogen yang kami yakin tubuh akan meningkatkan respons terkuat. Kami kemudian menggunakan sel pasien sendiri untuk menjadi pabrik vaksin, memperkuat mekanisme respons alami tubuh sendiri," paparnya kepada BBC.
MengutipGlobal Times, Chen Xi, asisten profesor di Departemen Kebijakan Kesehatan dan Manajemen Sekolah Kesehatan Masyarakat Yale menilai, AS relatif lebih mampu dalam pengembangan vaksin daripada China karena kecakapan ilmiah dan mode pembiayaan inovatif - pendanaan swasta dan publik. "Setiap tahun, sekitar 60% obat-obatan dan terapi baru di dunia berasal dari industri farmasi Amerika."
Kementerian Sains dan Teknologi China mengatakan pada konferensi pers sebelumnya bahwa para peneliti Cina bekerja secara simultan dengan mitra asing dalam pengembangan vaksin dan vaksin akan menjalani uji klinis paling cepat pada bulan April.
Sementara, seorang ahli medis terkemuka AS mengatakan, vaksin virus corona masih dikembangkan sekitar 12 hingga 18 bulan lagi.
Barratut Taqiyyah Rafie
Artikel ini pernah tayang di Kontan.id dengan judul "Tim ahli militer Tiongkok bikin terobosan baru vaksin Covid-19 , dunia menanti"