Advertorial

Tembus 4.000 Kasus, Cara Pemerintah Korea Selatan Tangani Virus Corona Dipuji, Wajib Diikuti Negara Lain!

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com – Dilansir dari KBS News, media asal Korea Selatan, jumlah kasus virus corona di Korea Selatan per Senin (2/3/2020), menjadi 4.212 kasus.

Di mana 22 orang dinyatakan meninggal dunia, 30 sembuh dan keluar dari rumah sakit, dan satu orang terinfeksi lagi setelah dinyatakan sembuh.

Tingginya jumlah kasus virus corona di Korea Selatan membuat pemerintah Korea Selatan menaikkan status siaga.

Selain itu, warga diminta tetap berada di rumah, memakai masker, dan sekolah ditutup sementara.

Baca Juga: Datang dari Italia, 2 Staf dari Penyanyi K-Pop Chungha Positif Virus Corona, Begini Cara Virus Corona Menular Antar Manusia

Beberapa konser artis K-Pop di dalam negeri dan luar negeri juga dibatalkan. Termasuk konser di Indonesia.

Bahkan kemarin ada laporan, dua orang staf dari penyanyi Chungha, terkonfirmasi virus corona. Sementara Chungha sendiri dinyatakan negatif.

Walau begitu, dia tetap dikarantina dan seluruh jadwalnya dibatalkan.

Lalu beberapa negara juga melarang warganya berkunjung ke Korea Selatan untuk sementara.

Terdengar menakutkan bukan?

Baca Juga: Soal Jumlah Kasus Baru di China Berkurang Tapi Penyebaran Virus Corona di Luar China Sangat Cepat, Ini Jawaban WHO

Walau begitu, pemerintah Korea Selatan dinilai sangat baik menangani virus corona.

Hal ini karena mereka melakukan sejumlah hal yang tidak dilakukan negara lain.

Pertama, tingginya angka virus corona di Korea Selatan karena puluhan ribu warga Korea Selatan melakukan tes.

Tes ini gratis, di mana pemerintah membayar semua biayanya. Inilah yang membuat mereka secara sukarela mau melakukan tes.

Sementara di negara lain, tes virus corona harus bayar.

Contoh, dilansir dari The Independent pada Rabu (26/2/2020), Osmel Martinez Azcue harus membayar 3.500 US Dollar (Rp49 juta) setelah melakukan pemeriksaan virus corona karena dia pulang dari China.

Apalagi karena dia mengalami gejala flu.

Hasilnya, dia negatif virus corona, namun Azcue hanya mengalami flu biasa.

Di Jepang beda lagi.

Dilansir dari kompas.com yang mengutip dari Japan Times, seorang pekerja berusia 30 tahun baru saja mengunjungi Taiwan dan mengalami demam pada 17 Februari lalu.

Dia berencana ke rumah sakit untuk memeriksakan diri karena khawatir terinfeksi virus corona.

Namun, dia ditolak oleh lebih dari 2 rumah sakit lain yang dikunjungi dengan alasan tidak adanya fasilitas yang memadai.

Baca Juga: Kasus Kakak Kelas Hukum 77 Adik Kelasnya dengan Makan Kotoran: Ini 6 Kondisi Kesehatan Berdasarkan Warna Tinja.

Di Korea Selatan, tes virus corona bisa dilakukan dengan sistem "Drive-Thru".

Caranya, seseorang yang ingin melakukan tes tidak perlu datang ke rumah sakit, tapi cukup berada di dalam mobilnya.

Lalu petugas akan mengambil sampel dari pengedara tersebut, serta melakukan pemeriksaan di hidung dan mulut mereka.

Dengan begini, warga bisa melakukan tes dengan aman dan cepat.

Hasil tes diketahui akan muncul dalam tiga hari.

Selama hasilnya belum keluar, mereka diminat untuk mengisolasi diri saat pemeriksaan telah selesai agar dapat mencegah adanya kemungkinan penularan virus selanjutnya.

Selain Korea Selatan, Inggris sudah melakukan tes "Drive-Thru" ini.

Jika negatif, maka mereka tetap diminta berada di rumah untuk berjaga-jaga.

Jika positif, pemeritah akan segera melakukan karantina dan pemeriksaan.

Dan semua biaya kesehatan digratiskan.

Baca Juga: Masih Ingat Kasus Penemuan Balita Tanpa Kepala dan Beberapa Organ Tubuhnya Hilang? Ini Hasil Otopsi dari Polisi

Artikel Terkait