Advertorial
Intisari-Online.com - Pekan lalu, ketika sedang terbang di atas Samudera Pasifik, kapal perang militer China menembakkan laser tingkat militer pada pesawat pengintai P-8A milik Angkatan Laut AS.
Insiden tersebut terjadi pada 17 Februari 2020.
Kapal perang China yang menembakkan laser militer ke pesawat pengintai milik AS adalah kapal perusak atau navy destroyer 161.
Tentu hal tersebut membuat AS meradang.
Angkatan Laut AS menyebut tembakan laser China itu tidak aman dan tidak profesional.
"Senjata laser berpotensi menyebabkan bahaya serius bagi awak kapal dan pelaut, serta sistem kapal dan pesawat terbang," demikian Armada Pasifik AS dalam sebuah pernyataan, Kamis (27/2) seperti dikutip CNN.
Sinar laser kelas militer, kadang-kadang dikenal sebagai "dazzler," dan memiliki sinar cahaya yang kuat yang dapat membutakan pilot pesawat terbang.
Para pejabat pertahanan AS mengatakan kepada CNN bahwa protes diplomatik formal atas tindakan militer China tersebut akan dikeluarkan.
Berbicara mengenai pesawat P-8A, AS memang sering menggunakan pesawat tersebut untuk melakukan patroli di sekitar laut Filipina maupun perairan laut China Selatan.
Kantor Urusan Publik Angkatan Laut AS mengklaim pesawat P-8A secara rutin di Laut Filipina dan telah melakukannya selama bertahun-tahun.
Dilansir dari Kontan.id, pesawat P-8A merupakan pesawat patroli buatan Boeing.
Di situsnya, Boeing menyebutkan Boeing P-8 benar-benar pesawat patroli maritim multi-misi, unggul dalam perang anti-kapal selam; perang anti-permukaan; intelijen, pengintaian dan pengintaian dan pencarian serta penyelamatan.
P-8 dapat terbang lebih tinggi hingga 41.000 kaki dan mencapai kecepatan 490 knot.
Pesawat P-8 juga dirancang untuk misi ketinggian rendah dan telah membuktikan kemampuannya mendukung misi kemanusiaan dan pencarian serta penyelamatan.
Merupakan turunan dari Boeing Next-Generation 737-800, pesawat P-8 direkayasa untuk beroperasi selama 25 tahun atau 25.000 jam di penerbangan maritim paling keras, termasuk operasi di lingkungan lapisan es.
Secara global, P-8 memiliki dua varian: P-8I, diterbangkan oleh Angkatan Laut India, dan P-8A Poseidon, diterbangkan oleh Angkatan Laut AS dan Angkatan Udara Australia.
Pesawat patroli ini telah terjual ke setidaknya tujuh negara.
Selain AS, India dan Australia, negara lain yang telah membeli pesawat P-8 ini adalah Korea Selatan, Selandia Baru, Norwegia dan Inggris.
Selandia Baru menandatangani kontrak pembelian empat unit P-8A pada Juli tahun lalu, dan Korea Selatan memesan enam unit P-8A pada November 2019.
Kedua negara itu akan mulai menerima pengiriman P-8A pada tahun 2022
Sementara Norwegia memesan lima unit P-8 dan pengiriman awal pada 2021.
Sedangkan Australia telah mengoperasikan P-8A selama dua tahun, setelah menerima pengiriman pesawat pertama mereka pada tahun 2016.