Mereka pun melanjutkan perjalanannya. Riuh suara serangga, burung, dan satwa lain di hutan ini seakan memberi semangat kepada 13 siswa untuk terus belajar dan meraih cita-cita.
Saat memasuki kawasan Hungayono, nesting ground peneluran burung maleo (Macrocephalon maleo), hati mereka sudah berbunga-bunga. Tidak lama lagi mereka akan keluar dari rimba belantara dan menemukan desa pertama, Tulabolo.
Semakin mendekati kampung, mereka berusaha mempercepat langkah, tatapan mata mereka yang kuyu dipergoki tarsius (Tarsius supriatnai) bermata besar, primata sekepalan tangan yang berteduh di pohon bambu.
Puluhan jalak tunggir merah (Scissirostrum dubium) bergeming di sarangnya, kayu mati yang dipenuhi lubang, saat rombongan melintas di sisinya. Saat berada di jembatan gantung terakhir Desa Tulabolo, wajah mereka semringah.
Di depan mereka membentang jalan aspal, mereka bergesa naik mobil bak terbuka menuju rumah salah satu guru mereka di Suwawa. Segala lelah letih terbayarkan, mereka bergembira bisa naik mobil bak terbuka.
BACA JUGA: Tahi Lalat Pembawa Berkat
Harapan dan kebanggaan mereka melambung tinggi karena menjadi peserta ujian nasional. Ini perjuangan besar untuk meraih pendidikan. “Cita-cita saya untuk menjadi guru terasa semakin dekat,” ujar Nurain Talib.
13 siswa tidak berkecil hati untuk mengikuti ujian nasional meskipun memegang komputer adalah peristiwa besar dalam hidup mereka. Memegang komputer terakhir kali dilakukan saat ujian semester ganjil lalu di SMK Negeri Suwawa.
Waktu itu mereka pun jalan kaki sepanjang hari. “Sebenarnya saya grogi juga saat memegang papan ketik komputer, tetapi saya fokus untuk menjawab soal-soal ujian dan lama-lama kegamangan teknologi hilang,” kata Nurain Talib.
Perjuangan 13 siswa ini adalah harapan ribuan warga Pinogu yang hidup enklave dalam kawasan taman nasional. Kepada para siswa ini, masyarakat desa berharap untuk memajukan kebudayaan mereka.
Pendidikan adalah kunci kemajuan, perjuangan seberat apa pun akan ditempuh untuk kehidupan yang lebih baik. Ke-13 siswa SMA Negeri Pinogu itu tengah berjuang merajut masa depan mereka dan daerahnya. (Erwin Hutapea)
BACA JUGA: Jangan Pernah Lagi Makan Nasi Sisa Kemarin, Akibatnya Bisa Sangat Berbahaya
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Perjuangan 13 Siswa SMA di Gorontalo Ikuti Ujian Nasional".
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR