Saat itu, Ujang mengumpulkan kelompok taninya.
Ia berupaya meyakinkan mereka agar menjual di harga Rp 20.000 untuk menekan harga di pasaran.
“Saat itu kami punya 120 ton bawang merah.
"Kalau kami ikut harga pasar, kami akan untung besar, tapi kemudian bawang impor masuk,” tuturnya.
Itu artinya, keuntungan yang kami peroleh hanya bersifat sementara atau hanya satu musim tanam itu.
Sedangkan kerugian akibat bawang impor bisa kami rasakan lebih dari tiga kali musim tanam.
Setelah berhasil meyakinkan kelompok taninya, Ujang membawa 120 ton bawang merah tersebut ke Jakarta.
Ia membantu Kementerian Pertanian melakukan operasi pasar.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR