Advertorial
Intisari-Online.com - Pemerintah China menyatakan, korban meninggal akibat virus corona mencapai 304 orang.
Negara lain juga mengonfirmasi kasus positif corona virus bertambah. Inggris, Rusia dan Swedia mengonfirmasi adanya kasus vrus, patoge dengan kode 2019-nCoV itu menjangkiti lebih dari 20 negara.
Dilansir Kompas.com dari AFP Minggu (2/2), 14.300 orang terkontaminasi positif.
Hal tersebut membuat jumlahnya melampaui korban Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-2003.
Pejabat tinggi Wuhan, kota di mana virus corona pertama kali menyebar, mengakui bahwa jajarannya bertindak terlalu lambat dalam mengangkalnya.
"Jika kontrol ketat diberlakukan, tentunya hasilnya tidak akan sebanyak ini," ujar Ma Guaqiong, Ketua Partai Komunis cabang Wuhan.
Otoritas setempat mendapat kritikan di dunia maya karena menahan informasi soal wabah tersebut, meski sudah mengetahuinya beberapa pekan sebelumnya.
Mereka bertindak cepat pada pekan lalu, ketika memutuskan menutup Wuhan dan kota di sekitarnya, membuat puluhan juta jiwa terisolasi.
Baca Juga: Ini Gejala Maag Akut, Termasuk Tidak Mau Makan dan Merasa Mudah Kenyang
Berbicara mengenai pasienyang terinfeksivirus corona, ia akan merasakan sakit kepala dan tidak enak badan, seperti dilansir dariCNN.
Kondisi tersebut disertai dengan hidung meler dan batuk atau sakit tenggorokan.
Nyeri otot juga menjadi gejala awal pasien yang terinfeksi virus corona.
Kondisi-kondisi tersebut berpotensi menjadi komplikasi ketika disertai demam dengan suhu di atas 38 derajat celcius.
Selain itu, pasien juga akan mengalami kesulitan bernapas.
Efek lanjut yang dirasakan oleh penderita adalah pneumonia, penyakit yang menginfeksi paru-paru.
Jika paru-paru sudah terinfeksi, maka hal itu akan membuat kantung udara di dalamnya meradang dan tersi cairan atau nanah.
Puncaknya penderita akan mengalami sepsis atau bahkan meninggal dunia.
Sepsis merupakan kondisi saat tubuh mengalami komplikasi infeksi atau luka tertentu yang dapat mengancam nyawa pengidapnya.
Sebuah pemindaian sinar-X dilakukan pada paru-paru seorang wanita yang berusia 33 tahun yang terinfeksi virus corona.
Dilansir dari Daily Mail, Sabtu (1/2/2020), wanita itu tiba di rumah sakit di Lanzhou, China, dengan suhu 102 F (38 derajat Celcius) dan napas 'kasar' setelah menderita batuk selama lima hari.
Dia telah melakukan perjalanan ke Lanzhou sehari sebelum gejalanya mulai dan bekerja di Wuhan.
Dokter mendiagnosis dia dengan jenis baru virus corona setelah jumlah sel darah putihnya rendah yang juga menandakan adanya infeksi.
Setelah dilakukan pemindaian, hasil menunjukkan adanya bercak putih di sudut bawah paru-paru.
Ahli radiologi menyebutnya ground glass opacity (opacity kaca tanah), yakni pengisian parsial ruang udara di paru-paru.
Bercak putih tampak lebih jelas pada rontgen kedua, berlabel B, yang diambil tiga hari setelah rontgen pertama dan selanjutnya ke perawatannya.
Pada gambar-gambar tersebut disajikan oleh sekelompok peneliti di Rumah Sakit Pertama Universitas Lanzhou ke jurnal Radiology.
Ahli radiologi Paras Lakhani dari Universitas Thomas Jefferson, yang tidak terlibat dalampenelitian ini tetapi memeriksa gambar-gambar itu, mengatakan, "Jika Anda memperbesar gambar itu, sepertinya kaca samar yang telah ditumbuk."
"Apa yang diwakilinya adalah cairan di ruang paru-paru," katanya kepada Business Insider.
Wanita itu dirawat dengan menghirup protein yang digunakan untuk mengobati infeksi virus yang disebut interferon.
Lakhani mengatakan bagaimana dokter di Lanzhou kemungkinan akan memberikan cairan, steroid atau obat-obatan untuk membuka saluran udara wanita itu.
Namun pneumonia dikesampingkan setelah gejala berlanjut dan bercak putih meluas ke tepi paru-parunya.
Lakhani mengatakan pneumonia biasanya diobati dengan antibiotik dan biasanya tidak 'berkembang pesat'.
Dia menambahkan bagaimana ground glass sendiri tidak 'sangat membantu' dalam mengidentifikasi virus corona sebagai bakteri, virus atau bahkan vaping dapat menyebabkannya muncul pada sinar-X.
Bercak putih yang diperpanjang juga diidentifikasi dengan sindrom pernafasan akut yang parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Ahli radiologi mengatakan pemindaian virus-virus itu mengandung 'banyak tanda serupa' dengan yang dimiliki oleh wanita berusia 33 tahun dari Wuhan itu.
Namun cara terbaik untuk mengidentifikasi coronavirus adalah dengan mengambil usapan air liur atau lendir dari hidung atau mulut pasien atau sebagai alternatif menguji dahak yang mereka hasilkan.
Namun tes ini hanya efektif ketika pasien menunjukkan gejala.