Di Singapura, yang masyarakatnya cenderung workaholic misalnya, selingkuh dengan teman sekerja menjadi cara untuk menyalurkan kebutuhan sosialisasi dengan lawan jenis.
"Panjangnya jam kerja, ditambah jauhnya jarak rumah - kantor, membuat kesempatan untuk berselingkuh dengan rekan kerja semakin terbuka," jelas Dra. Pamugari Widyawati, ketua Jurusan pada Fakultas Psikologi Universitas Paramadina, Jakarta.
Selingkuh, menurut Pamugari, adalah menjalin hubungan intim dari segi fisik dan emosional dengan pihak lain. Semua itu dilakukan di luar perjanjian hukum dan komitmen bersama, serta tanpa diketahui oleh pasangaan sahnya.
Perselingkuhan bisa berawal dari usaha mencurahkan isi hati (curhat) pada teman dekat dalam menghadapi persoalan yang dihadapi.
(Baca juga: Jika Ada Kemauan Pasti Ada Jalan: Inilah 6 Tips untuk Pulih dari Perselingkuhan)
Apa yang dialami Dini (bukan nama sebenarnya), karyawati perusahaan media ternama di Jakarta yang berselingkuh sekaligus dengan dua teman sekantornya, mungkin bisa jadi contoh.
Ketika sedang kalut karena akan bercerai dengan suaminya yang berselingkuh, Dini mulai curhat dengan rekan sekantornya.
"Curhat itu ternyata berkembang menjadi 'curhat' lainnya, 'mencuri hati'," katanya sambil tertawa. Meskipun perceraian dengan suami urung terjadi, perselingkuhan tak terhindarkan lagi.
"la menjadi bagian dari kehidupan saya setiap hari, apalagi kami sekantor," lanjutnya.
Curhat memang akan menimbulkan keterlibatan emosional, yang diawali dari perhatian.
Kedua insan saling menyamakan visi, dan menganggap mereka bisa saling melengkapi dan dimengerti.
Ini jelas jadi lampu merah bagi hubungan yang sehat dengan pasangan sah. Apalagi jika pasangan itu sedang mengalami hambatan komunikasi karena kesenjangan wawasan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR