Advertorial

Tak Minta Uang dari Rakyatnya Seperti Keraton Agung Sejagat, Kesultanan Selacau Justru Klaim Mampu Sejahterakan Rakyatnya, Ini Sumber Dananya

Mentari DP

Penulis

Berbeda dari Keraton Agung Segajat, keberadaan Kesultanan Selaco selama ini bisa berdampingan dengan masyarakat sejak 2004.
Berbeda dari Keraton Agung Segajat, keberadaan Kesultanan Selaco selama ini bisa berdampingan dengan masyarakat sejak 2004.

Intisari-Online.com - Tahun 2020 baru berjalan 19 hari, namun sudah ada peristiwa yang membuat heboh.

Salah satunya,fenomenaKeraton Agung Sejagat di Purworejo dan Sunda Empire di Bandung.

Nah, setelah keduanya, kini muncul lagi sebuah kerajaan.

Kira-kira, seperti apa kerajaan yang satu ini?

Baca Juga: Terlalu Sering Minum Obat Pereda Rasa Sakit? Ingat, Ini yang Terjadi di Tubuh Saat Anda Meminumnya

Dilansir dari kompas.com pada Minggu (19/1/2020), ada sebuah kerajaan di Tasikmalaya bernama Kesultanan Selaco.

Berbeda dari Keraton Agung Segajat dan Sunda Empire di Bandung, keberadaan Kesultanan Selaco alias Selacau Tunggul Rahayu di Kecamatan Parung Ponteng selama ini bisa berdampingan dengan masyarakat sejak 2004.

Kesultanan ini didirikan oleh Rohidin (40), warga asal Parung Ponteng.

Rohidin mengaku sebagai keturunan kesembilan dari Raja Padjadjaran Surawisesa, dengan gelar Sultan Patra Kusumah VIII.

Keberadaan kesultanan itu telah diketahui sejak lama oleh masyarakat sekitar dan memiliki lokasi pusat kesultanan semacam istana yang berdiri megah sampai saat ini.

Bahkan, Kesultanan Selaco mengklaim telah mendapatkan legalitas fakta sejarah yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2018 sebagai putusan warisan kultur budaya peninggalan sejarah Kerajaan Padjadjaran pada masa kepemimpinan Raja Surawisesa.

Baca Juga: Lagi Musim Durian, Tapi Jangan Memakannya Terlalu Banyak, Sebab Buah yang Satu Ini Bisa Sebabkan Kematian, Ini Penjelasannya

"Selacau punya dua literatur leluhur saya yang saya ajukan tahun 2004 sampai akhirnya tahun 2018 keluar putusan warisan kultur budaya peninggalan sejarah yang di kepemimpinan Surawisesa."

"Fakta sejarah dikeluarkan oleh Lembaga PBB," ujar Rohidin di kediamannya pada Jumat (17/1/2020).

Pertama, nomor warisan dan izin pemerintahan kultur.

Kedua, izin referensi tentang keprajuritan. Lisensi yang diberikan yaitu seni dan budaya.

Rohidin menambahkan, Kesultanan Selaco merupakan aplikasi nyata dalam upaya melestarikan warisan leluhurnya sebagai keturunan Kerajaan Padjadjaran era kepemimpinan Surawisesa.

Dirinya mengklaim kesultanan yang dipimpinnya bisa dikatakan berbentuk yayasan dan memiliki kabinet laiknya kerajaan dan mengklaim memiliki batas terirotial.

Wilayahnya selama ini terdiri dari wilayah Tasikmalaya, Garut, Ciamis, dan Pangandaran bagian selatan.

"Kalau kami dari kesultanan tentunya NKRI sebagai harga mati. Kami warga negara Indonesia."

"Kesultanan ini adalah upaya saya untuk melestarikan budayanya saja karena kami sebagai penggiat budaya," ujar Rohidin.

Memiliki menteri dan pejabat daerah

Rohidin mengakui bahwa selama ini kesultanan yang dipimpinnya memiliki kabinet yang baru disahkan sejak tahun 2018, pasca-mendapatkan legalitas putusan dari PBB.

Namun, hal itu laiknya struktur organisasi dengan penamaan kesultanan.

Baca Juga: Masih Ingat 'Dukun Cilik' Ponari yang Punya Batu Sakti? Ini Kabar Terbarunya, Jadi Sales dan Siap Menikah!

Seperti Mangkubumi berarti setingkat menteri-menteri. Untuk pemimpin tingkat kabupaten tingkatannya adalah Tumenggung atau Demak.

"Kita ada yang namanya menteri luar negeri siapa orangnya, menteri kesejahteraan siapa."

"Sudah ada semuanya dan memiliki tugas masing-masing, tapi Kesultanan Selaco itu bukan negara di dalam negara," ucap Rohidin.

Sumber uang dari grantor M Bambang Utomo

Adapun sumber keuangan Kesultanan Selaco selama ini, tambah Rohidin, berbeda dari kasus Keraton Agung Sejagat yang meminta kepada pengikutnya.

Pihaknya justru mengklaim mampu menyejahterakan orang-orang di bawahnya, termasuk para pejabat kesultanan.

Kesultanan Selaco memiliki sumber pendanaan sendiri yang berasal dari Sertifikat Phoenix melalui seorang grantor bernama M Bambang Utomo.

Menurut dia, selama ini proyek Phoenix atau uang yang berasal dari luar negeri, tepatnya di Bank Swiss, bisa diambil oleh seorang grantor.

Pembangunan kesultanan dan menyejahterakan para pejabatnya pun berasal dari uang tersebut.

"Sebetulnya selama ini uang proyek Phoenix itu sekarang dikuasai oleh negara."

"Para pemimpin negara Indonesia pasti tahu sekarang ini. Saya buka saja," tambahnya.

Keberadaan Kesultanan Selaco sejatinya muncul sebelum ramai pemberitaan selama ini tentang Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire.

Bahkan, selama ini keberadaan Kesultanan Selaco tak sembunyi-sembunyi dalam melakukan kegiatannya.

Pihak Kesultanan pun membuka diri selama ini kepada khalayak umum atas ramainya pemberitaan munculnya fenomena kerajaan-kerajaan berdalih latar belakang budaya.

(Irwan Nugraha)

(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Setelah Heboh Keraton Agung Sejagat, Kini Muncul Kesultanan Selaco di Tasikmalaya")

Baca Juga: Jennifer Dunn Pamer Peluk Cium: Pasangan yang Benar-benar Bahagia Justru Jarang Pamer Kemesraan di Media Sosial, Ini Alasannya

Artikel Terkait