Advertorial
Intisari-Online.com - Cabai, nasi, dan roti kukus sesekali, menu-menu itulah yang dimakan seorang wanita kurus ini hingga 5 tahun.
Hal itu dilakukannya demi menghemat uang untuk membayar tagihan medis saudaranya.
Tetapi sikap tidak mementingkan diri sendiri ini memiliki konsekuensi yang tragis bagi didinya sendiri.
Dilansir dari Asia One, Wu Huayan, 24, meninggal di sebuah rumah sakit di Guizhou pada 13 Januari setelah bertahun-tahun kekurangan gizi karena berhemat.
Akibatnya, dia tumbuh menjadi kerdis, sangat kurus, dan mengalami berbagai masalah kesehatan.
Setelah kehilangan ibunya pada usia empat tahun dan ayahnya pada usia 18 tahun, Wu khawatir tentang memberikan perawatan untuk saudaranya, yang menderita psikosis intermiten.
Bertahan dari hibah kesejahteraan sebesar Rp 600 ribu, dia berhemat dan menabung.
Caranya yakni dengan tidak pernah sarapan saat pagi dan makanan sehari-harinya hanya nasi dengan cabai.
Dia bahkan akan makan cabai yang sudah busuk demi menghemat lebih banyak uang.
"Saya tidak seperti anak-anak lain yang bisa meminta uang kepada orangtuanya, Saya tidak punya (orangtua)," jelasnya.
Wu pertama kali memasuki pemberitaan pada Oktober tahun lalu saat pengumpulan dana guna operasi katup jantungnya dan membutuhkan dana hampir Rp 400 juta.
Wu, yang tingginya 1,35 m dan beratnya hanya 21,4 kg, mulai merasa tidak sehat pada 2018.
Kakinya sering bengkak, dia merasa lesu dan kesulitan tidur.
Rambutnya, yang dulu tebal, juga mulai rontok, bersamaan dengan alisnya.
Tetapi dia mengabaikan gejalanya dan menolak menemui dokter sampai dipaksa salah seorang temannya.
Saat itulah dia didiagnosis menderita penyakit katup jantung dan diberi tahu bahwa dia perlu dioperasi - tiga dari empat katup jantungnya tidak berfungsi dengan baik.
Penggalangan dana tersebut akhirnya melampaui target, namun Wu tak dapat dioperasi karena kekurangan berat badan.
Terlepas dari situasi keuangannya, Wu, yang merupakan siswa tahun ketiga di GuiZhou Forerunner College, tidak mau jika diberi uang begitu saja.
Untuk menambah penghasilannya selain beasiswa yang diterimanya, perguruan tinggi memberinya pekerjaan membersihkan pendingin air asrama.
Kata teman-temannya, Wu adalah anak yang mandiri.
Bahkan, dia ragu selama berhari-hari sebelum meminta sumbangan online karena dia "takut menyusahkan orang lain".
Bahkan ketika dia dirawat di rumah sakit tahun lalu, dia telah menantikan untuk kembali ke sekolah dan bermimpi menjadi seorang akuntan di bank.
Dia mengatakan kepada wartawan:
"Saya berharap untuk pulih dengan cepat."
"Saya harus mengikuti ujian tahun depan."
"Saya ingin memiliki pekerjaan saya sendiri dan mendapatkan penghasilan saya dengan dua tangan saya sendiri."