Advertorial

Trump Bunuh Qassem Soleimani sang 'Jenderal Peracik Strategi Militer Canggih' Iran, Benarkah Target Sebenarnya adalah China? Simak Penjelasan Berikut Ini...

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Sejak akhir Perang Dunia II, kebijakan luar negeri AS telah terobsesi dengan cara mempertahankan statusnya sebagai negara adidaya.
Sejak akhir Perang Dunia II, kebijakan luar negeri AS telah terobsesi dengan cara mempertahankan statusnya sebagai negara adidaya.

Intisari-Online.com - Donald Trump berujar bahwa pembunuhan Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani dilakukan sebagai pembalasan dan pencegahan Agresi Iran.

Tetapi, pada kenyataannya, itu sebenarnya bisa menjadi provokasi strategis terhadap China.

Sejak akhir Perang Dunia II, kebijakan luar negeri AS telah terobsesi dengan cara mempertahankan statusnya sebagai negara adidaya.

Ia memelihara aliansi yang kuat seperti Nato dan kehadiran militer di hampir semua penjuru planet ini sebagai bagian dari strategi itu.

Baca Juga: Kematiannya Bisa Sebabkan Perang Iran-AS, Rupanya Orang dari Dua Negara Tetangga Iran Inilah yang Bantu AS Bunuh Jenderal Soleimani

Selama bertahun-tahun, pembuat kebijakan berpengaruh seperti Zbigniew Brzezinski berpendapat bahwa AS harus melangkah lebih jauh untuk memastikan supremasi.

Iran, Rusia, dan China, adalah musuh AS karena AS tidak punya kendali penuh atas mereka.

Membangkitkan ekstremisme Islam di ketiga negara ini dapat mengubah teroris-teroris itu melawan negaranya sendiri.

Dengan menciptakan ekstrimisme Islam di wilayah-wilayah ini, para teroris Muslim yang tumbuh di dalam negeri kemudian dapat memerangi pemerintah asing ini atas nama AS.

Baca Juga: Melihat Ancaman Atau Kesempatan? Negara Tandingan Amerika Ini Mulai Memperkuat Aliansi Dengan Iran, Tetapi Rupanya Ada Agenda Lain yang Membuat Mereka Terlibat di Ketegangan Iran - AS

Sehingga mengurangi kebutuhan untuk mengorbankan tentara Amerika.

Akibatnya, perang proksi semacam itu telah menjadi perlengkapan permanen di panggung dunia.

Dalam kasus China, kelompok-kelompok Uygur dari minoritas Muslim di barat laut China, dipersenjatai dengan senjata militer oleh pasukan luar.

Separatis Uygur melanjutkan untuk meneror bagian-bagian China Barat denganpemboman, penikaman dan lainnya.

AS telah membuat secara terbuka jelas bahwa mereka menganggap China sebagai pesaing atau bisa dikatakan 'musuh.'

Baca Juga: Mengapa Saat Diserang AS Qasem Soleimani Justru Berada di Baghdad? Jawabannya Membuat Banyak Orang Terkesiap, Krisis Iran Lebih Rumit Dari Dugaan Semua Orang Termasuk Anda

Dalam kesepakatan dagang juga demikian, AD secara terbuka mendiskriminasi orang China di seluruh ekonominya.

Bagaimana Tentang Kasus Terbunuhnya Soleimani?

Perlu Anda ketahui bahwa China telah menjadi importir utama minyak Iran.

China juga merupakan bagian dari Organisasi Kerjasama Shanghai, yang membuatnya menjadi mitra dekat Rusia.

Baca Juga: Setengah Tubuhnya Terpotong, Sapi yang Tengah Hamil Ini Masih Hidup dan Ditemukan dalam Kondisi Menyedihkan, Kekejaman Ini yang Jadi Sebabnya: 'Dimutilasi di Jurang'

Karena AS belum sukses memprovokasi Cina ke dalam konfrontasi militer, maka AS menyeret China dalam perang dengan cara yang sama Jerman ditarik ke dalam Perang Dunia I setelah pembunuhan Archduke Franz Ferdinand.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok bergantung pada lingkungan global yang stabil.

AS, di sisi lain, akan lebih suka kekacauan di dunia karena ini memungkinkannya untuk tetap menjadi satu-satunya negara adikuasa.

Sementara AS secara terbuka memusuhi Iran dan Rusia, China adalah hadiah nyata Amerika karena baik Iran maupun Rusia tidak bisa menggantikan AS sebagai negara adikuasa di masa mendatang.

Semua pertandingan perang di Pentagon telah melawan China, bukan Iran atau Rusia.

Baca Juga: Jaga Keperawanannya Hingga Usia 56 Tahun, Nenek Ini Akhirnya Menikah Untuk Pertama Kalinya, Kisahnya Mengharukan

Artikel Terkait