Sejak itu, ia harus terus-terusan minum obat penenang dan tak bisa melakukan apa-apa.
Jangankan untuk berjalan, berdiripun Sinta mengaku tak bisa. Sinta mengatakan, ia harus berjalan ngesot ketika akan ke toilet.
“Selama sakit aku cuma tiduran aja di kasur dan aku ngerasa enggak berguna dan hampir nyerah waktu itu,” kata Sinta.
Kekhawatiran juga menghampiri ketika gurunya menyebutkan bahwa masalah di tulang ekor akan menyebabkan susah untuk memiliki anak.
“Disitu letak ingin berhenti hidup hahahah setelah guru gue ngomong gitu gue enggak masuk sekolah 2 minggu karena stress,” ujar Sinta.
Akibat kejadian ini, Sinta juga harus mengubur impiannya untuk mendaki gunung. Ia tak boleh membawa barang berat dan tak bisa berjalan jauh.
“Kalau naik gunung kan bawa carrier berat, terus trek gunung enggak mungkin banget bisa aku laluin,” cerita Sinta.
Melalui akun Twitter-nya, Sinta mengatakan, membagikan kisahnya agar menjadi pelajaran orang lain agar tidak sembarangan dalam bercanda.
Selain itu, ia juga menyarankan agar tidak menyepelakan jika terjatuh dan mengalami rasa sakit pada tulang.
“Oh iya, tolong, tolong banget. Kalau kamu pernah jatuh entah jatuh duduk atau jatuh yang bikin tulang kamu sakit. Cepat-cepat bilang ke orangtua sebelum terlambat,” kata Sinta.
Saat ini, Sinta mengaku kondisinya sudah membaik.
Sinta sudah menjalani hari seperti biasa dan kini tengah kuliah semester 3 di salah satu universitas di Jakarta Selatan. (Nur Rohmi Aida)
jadi keinget masa-masa putus asa, stres krn lumpuh, kumat terus-terusan, sering bgt minum obat penenang, masa paling terberat.
tau apa penyebabnya?
temenku bercanda pas aku mau duduk trs ditarik bangkunya. alhasil tulang ekorku retak, tulang belakangku patah & berakhir lumpuh.. pic.twitter.com/ldbioJhLJm
— sinta (@jelebgt) December 11, 2019
(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Viral Cerita Sinta, Lumpuh 3 Bulan Gara-gara Bercanda Tarik Kursi")
Baca Juga: 5 Penyebab Tak Terduga Serangan Jantung, Salah Satunya Suara Keras
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR