Mahalnya biaya pernikahan di Korsel ternyata berasal dari kebiasaan budaya mereka.
Dikarenakan sudah menjadi adat bahwa tamu harus memberi sumbangan berupa uang, pasangan merasa harus memberikan resepsi di gedung pernikahan dengan katering mewah untuk para tamunya.
Terlebih, hadiah yang diberikan untuk keluarga besan juga masih memberatkan para calon suami istri.
Hal ini karena mayoritas warga Korsel masih dicampuri oleh orangtua mereka dalam urusan pernikahan.
Seorang pekerja bernama Yoon N.K (28) mengatakan, "aku tidak yakin dapat menikah sekarang jika aku punya pacar, karena aku hanya mendengar sulitnya menikah seiring berjalannya waktu.
"Mempertahankan hubungan dengan keluarga calonku dan mencari keseimbangan kedua pasang orangtua tidak begitu menyenangkan untukku, sepertinya sulit."
Tahun 2018, hanya ada 22.4 persen wanita Korsel menganggap pernikahan penting, tetapi 10 tahun yang lalu jumlah persentase tersebut masih mencapai 47 persen.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR