Advertorial

Ternyata Cepat Atau Lambatnya Jalan Kaki Bisa Memengaruhi Usia Seseorang, Begini Penjelasannya?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Tahukah Anda bahwa ternyata ada kebiasaan sederhana yang jika Anda lakukan dengan 'benar' dapat mengurangi risiko kematian?
Tahukah Anda bahwa ternyata ada kebiasaan sederhana yang jika Anda lakukan dengan 'benar' dapat mengurangi risiko kematian?

Intisari-online.com - Ada banyak alasan bagi kita untuk menjaga kesehatan dan memiliki umur panjang.

Karena memiliki umur yang lebih panjang juga mendatangkan keuntungan.

Termasuk dapat berkumpul dengan keluarga lebih lama dan pastinya untuk menyaksikan momen-momen bahagia anak cucu.

Terlepas dari itu, tahukah Anda bahwa ternyata ada kebiasaan sederhana yang jika Anda lakukan dengan 'benar' dapat mengurangi risiko kematian?

Baca Juga: Dokter Pasrah dan Angkat Tangan Untuk Selamatkan Bayi Ini, Saat Semua Orang Menyerah, Hal Ajaib Justru Terjadi

Ya, menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Sydney sebagaimana dilansir dari neurosciencenews.com, mempercepat kecepatan berjalan dapat memperpanjang usia hidup Anda.

Semua risiko penyebab kematian dapat dikurangi 20 persen dengan berjalan dalam kecepatan normal.

Sementara berjalan dengan cepat dapat mengurangi hingga 24 persen risiko kematian.

Hasil serupa ditemukan untuk risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Baca Juga: Coba Saja! Letakan Selembar Kertas di Pintu Kulkas, Anda Akan Mendapatkan Manfaaat Ajaib yang Tak Penah Anda Duga Ini

Efek protektif berjalan kaki juga ditemukan lebih jelas pada kelompok orang pada usia yang lebih tua.

Rata-rata pejalan kaki yang berusia 60 tahun atau lebih mengalami penurunan 46 persen dalam risiko kematian akibat penyebab kardiovaskular.

Sedangkan mereka yang biasa melangkah dengan cepat mengalami penurunan risiko ini hingga 53 persen.

Mereka menghubungkan catatan kematian dengan hasil 11 survei berbasis populasi di Inggris dan Skotlandia antara tahun 1994 dan 2008, di mana para peserta melaporkan kecepatan berjalan mereka.

Tim peneliti kemudian menyesuaikan faktor-faktor seperti jumlah total dan intensitas dari semua aktivitas fisik yang diambil, usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh.

"Kecepatan berjalan dikaitkan dengan semua penyebab risiko kematian," kata Profesor Stamatakis.

“Sementara jenis kelamin dan indeks massa tubuh tampaknya tidak terlalu mempengaruhi hasil," lanjutnya.

Berdasarkan hasil temuan ini, tim peneliti menyerukan kepada masyarakat agar meningkatkan kecepatan dalam mengambil langkah dan berjalan demi kesehatan. (Muflika Nur Fuaddah)

Baca Juga: Kaleidoskop Intisari 2019: Putra Sulung Menteri Susi Meninggal Mendadak Saat Tidur, Hati-hati Terhadap Bumbu Dapur yang Satu Ini!

Jalan kaki 10 menit bisa membuat ingatan bertahan lama

Kita sering cepat lupa, atau kerap kehilangan konsentrasi saat beraktivitas?

Pastinya akan sangat mengganggu bila cepat lupa atau hilang konsentrasi ini sering berlanjut.

Hal ini pun menandakan bila kurangnya olahraga otak yang kita lakukan setiap hari.

Ya, bukan hanya fisik kita saja yang memerlukan olahraga, otak sebagai pengendali ingatan sekaligus tubuh pun perlu berlatih.

Untuk mengasah ingatan dan melatih kerja otak hanya diperlukan hal sederhana, dan mudah dilakukan.

Yaitu dengan berjalan kaki, tidak lebih dari sepuluh menit.

Tidak hanya akan menjernihkan pikiran kita, tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan otak untuk menyimpan dan mengingat ingatan lo.

Itulah yang dilakukan para peneliti di Universitas California, Irvine, dan Universitas Tsukuba di Jepang dalam studi terbaru mereka.

Makalah berjudul "Rapid stimulation of human dentate gyrus function with acute mild exercise" diterbitkan dalam Proceedings of National Academy of Sciences pada 24 September.

Baca Juga: Necis! Merpati Kecil Ini Mengenakan Topi Koboi ke Mana-mana, Siapakah Ia Sebenarnya? Hingga Dicari-cari dan Berusaha Dilacak Orang

Percobaan ini melibatkan 36 peserta yang berusia di awal 20-an.

Pertama, mereka diinstruksikan untuk melakukan latihan ringan dengan menggunakan ergometer siklus selama 10 menit.

Setelah itu mereka melakukan tes memori di mana mereka ditunjukkan gambar benda-benda seperti brokoli atau keranjang piknik dan diminta untuk mengingatnya kembali.

Para peneliti kemudian mengulangi tes dengan peserta yang sama tanpa latihan ringan.

"Tugas memori benar-benar cukup menantang," kata rekan penulis studi Michael Yassa, seorang ahli saraf di University of California, Irvine.

"Kami menggunakan barang-barang serupa yang sangat rumit untuk melihat apakah mereka akan ingat apakah ini keranjang piknik yang tepat versus keranjang piknik itu."

Ditemukan bahwa orang lebih baik dalam membedakan gambar setelah 10 menit latihan ringan, yang didefinisikan sebagai 30% dari asupan oksigen puncak mereka.

Untuk melihat lebih dekat apa yang terjadi, para peneliti melakukan scan otak pada beberapa peserta untuk memantau aktivitas selama percobaan.

Lonjakan pendek latihan itu, mereka temukan, tampaknya meningkatkan konektivitas di daerah otak yang terlibat dalam penyimpanan dan ingatan.

Baca Juga: Mengaku Belum Pernah Berhubungan Badan, Pria Ini Malah Ketahuan Positif HIV Setelah Donor Darah, Akhirnya Bikin Pengakuan yang Membuat Semua Orang Kaget

Semakin meningkat kinerja seseorang, semakin banyak perubahan fisik yang terjadi di otak mereka.

Penelitian ini menyarankan, ingatan dapat terasah mungkin dengan melakukan 10 menit olahraga mudah seperti berjalan, yoga atau tai chi.

Tetapi karena semua peserta relatif muda, frekuensi dan intensitas yang tepat mungkin sedikit berbeda untuk kelompok usia lain dan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gaya hidup, mobilitas, kecacatan, dll.

"Jalan-jalan sore sudah cukup untuk mendapatkan beberapa manfaat," kata Yassa.

"Tujuan utama kami adalah untuk mencoba mengembangkan resep olahraga yang dapat digunakan oleh orang dewasa yang lebih tua, yang mungkin memiliki cacat atau gangguan mobilitas tetapi masih dapat mengadopsi rejimen olahraga yang sangat sederhana dan dapat, mungkin, mencegah penurunan kognitif."

Studi ini menyimpulkan bahwa jenis eksperimen ini harus diuji pada orang dewasa yang lebih tua dalam penelitian masa depan.

Melakukan studi jangka panjang dapat membantu untuk memahami bagaimana hal ini mempengaruhi kehilangan memori, yang berkaitan dengan usia seperti penurunan kognitif dan demensia.

Artikel Terkait