Advertorial
Intisari-online.com -Tasikmalaya geger setelah terjadi kasus pelecehan seksual yang viral di media sosial.
Kasus tersebut terjadi ketika belasan perempuan dilempari air mani oleh pelaku yang masih misterius.
Penyelidikan sudah mendapatkan domisili dan kendaraan bermotor yang dipakai oleh pelaku.
Namun motif dan keterangan lainnya masih belum ditemukan, demikian pula dengan pelaku yang masih bebas tersebut.
Baca Juga: Gunung Merapi Kembali Keluarkan Awan Panas Setinggi 1000 Meter
Modus operandi pelaku adalahmendekati calon korban di pinggir jalan dengan berkendaramotorScoopy hitam ber-plat Z 5013 LB.
Saat korban sudah dekat, pelaku mengeluarkan kata-kata kotor kepadanya.
Selanjutnya, tangan pelaku masuk ke dalam celana pelaku, tepat di bagian alat vital dan kemudian melempar air maninya ke arah korban.
Sudah banyak korban yang mengalami kasus ini, membuat semakin banyak perempuan resah dan takut untuk bepergian sendirian.
Perilaku ekshibisionis sendiri sudah banyak ditemukan dan sering menjadi kasus kepolisian.
Namun, kasus-kasus tersebut juga tentu saja mengerikan.
Ekshibisionis tidak hanya dilakukan oleh pria, tetapi wanita juga dapat melakukannya.
Ekshibisionis atau kelainan seksual untuk memamerkan alat kelamin ataupun bagian-bagiannya merupakan penyakit mental dan tergolong berbahaya jika tidak ditangani.
Pelakunya, disebut olehDokter Spesialis Kesehatan Jiwa dr. Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ sebagai pengidap gangguan ekshibisionismeKelainan itu muncul sebagai bentuk ketidakmampuannya menyalurkan hasrat secara benar. Mereka menikmati reaksi ketakutan yang ditunjukkan oleh perempuan yang menjadi sasaran aksinya.
Namun, Dharmawan menyebut perilaku ini merupakan cara seorang laki-laki yang tidak jantan alias 'banci'.
Mereka memamerkan kemaluan atau bagian privatnya kepada orang lain, karena tidak berani melakukan tindakan secara fisik pada korban.
"Biasanya enggak (melakukan hal yang lebih parah)."
"Karena psikodinamiknya penderita sebenarnya orang yang enggak berani agresif secara fisik."
"Makanya mereka ekspresinya dalam agresi seksual yang banci," ujar dia.
Untuk itu, bagi para perempuan yang menjadi korban dari pengidap ekshibisionisme di tempat-tempat umum, baik ramai maupun sepi, jangan takut untuk memberikan respons perlawanan.
Respons itu misalnya dengan cara berteriak, sehingga pelaku akan merasa aksinya tidak lagi aman untuk dilakukan.
"Enggak berani memperkosa. Ya, teriaki saja," jawab Dharmawan singkat.
Terkadang, perempuan yang menjadi korban aksi ekshibisionisme merasa takut untuk memberikan perlawanan atau sekadar memintanya menghentikan aksinya dan pergi.
Ada pikiran, bahwa pelaku mungkin saja akan berbuat sesuatu yang jauh lebih buruk jika diberi perlawanan.
Akan tetapi, kini perempuan tidak perlu ragu untuk meneriakinya, terlebih jika kondisi ramai.
Hal itu akan membuatnya pergi ketakutan, karena kembali pada keadaan dasar pelaku yang memang tidak memiliki keberanian lebih sehingga melampiaskan hasrat seksualitasnya dengan jalan seperti itu.
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan JudulBertemu Pria Ekshibisionis, Jangan Takut Melawan!
Baca Juga: Ingin Jadi Ayah Hebat? Salah Caranya Cukup Ajak Anak Anda Bermain dengan Sepenuh Hati