Advertorial
Intisari-Online.com – Kematian Muhammad Akbar, mahasiswa Universitas Taman Siswa (Unitas) di Palembang, Sumatera Selatan, membuat semua orang terkejut.
Bagaimana tidak, Akbar tewas dalam diksar Menwa di Desa Tanjung Baru Ogan Ilir pada 16 Oktober 2019.
Tragisnya, Akrab tewas karena tindak kekerasan yang dilakukan oleh seniornya yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Palembang.
Diketahui panitia diksar berasal dari mahasiswa Muhammadiyah Palembang, sedangkan pesertanya dari Unitas.
Dalam reka ulang kasus tewasnya Akbar, polisi membawa tiga orang tersangka, puluhan saksi, baik peserta maupun panitia, dan korban yang diperankan oleh peran pengganti.
Keluarga korban juga turut dihadirkan untuk menyaksikan reka adegan itu.
Dari reka ulang tersebut, terlihat jelas adanya tindak kekerasan dengan memukul dan menendang korban oleh tiga tersangka, R,IS, dan KI.
Akibat tindakan itu, Muhammad Akbar terjatuh dan terguling ke tanah sehingga harus mendapat perawatan dari panitia kegiatan.
Di adegan lain terlihat juga salah satu tersangka menendang kemaluan korban dari belakang saat korban hendak beraktivitas di pagi hari.
Akibat dari aksi ini, korban sempat terguling di lapangan sambil memegang kemaluannya karena kesakitan.
Ada juga adegan kaki dan tubuh korban diikat dengan tali tambang oleh salah satu senior.
Namun, menurut pelaku yang mengikat, tindakan itu dilakukan untuk meluruskan kaki korban yang keram dan tidak bisa berjalan.
Aksi kekerasan tidak hanya dilakukan oleh ketiga tersangka, sejumlah mahasiswa lain yang merupakan senior dan panitia terlihat turut melakukan kekerasan sehingga potensi jumlah tersangka bertambah.
Seperti yang kita tahu, bagian organ vital kita, terutama pada pria, adalah salah satu kelemahan jika terkena benturan atau tendangan.
Rasanya bisa sangat menyakitkan, bahkan bisa membuat kita pingsan.
Beberapa pria mengatakan rasa sakit tersebut sama dengan nyeri melahirkan pada seorang wanita.
Itulah yang juga jadi alasan mengapa dalam pertandingan sepak bola, jika ada tendangan jarak bebas, para pemain bertahan akan menggunakan tangannya untuk menutup bagian organ vital mereka.
Mengapa begitu bisa sangat menyakitkan?
Dilansir dari tribunjogja.com yang mengutip hai-online pada tahun 2017 silam, ketika terjadi kontak di bagian organ vital pria tersebut, kebanyakan pria juga akan mengalami nyeri di bagianperut, walau benturannya tidak terjadi langsung di bagian tubuh itu.
Seorang vlogger YouTube, Simon Whistler yang memiliki channel “Today I Found Out” mengungkapkan penjelasan biologi terkait anatomi organ vital pria.
Saat pembentukan organ vital pria ketika janin di dalam kandungan, perkembangan itu terjadi di bagian bawah pinggang diperut yang dekat lambung dan ginjal.
Selama puberitas, organ vital pria akan turun. Tetapi saraf dan pembuluh darah yang terhubung dengan bagianperutitu masih di lokasi yang sama.
Ini berarti, saat pria ditendang di bagian organ vitalnya atau terjadi benturan keras, rasa sakitnya akan menjalar dari organ vital pria ke ronggaperut melalui saraf.
Sensasi sakitnya pun lebih hebat.
Rasa sakit tersebut juga dibarengi dengan mual, ini terjadi karena dorongan masif pada sistem saraf pusat.
Tergantung pada level toleransi rasa sakit, tapi kondisi ini pada sebagian besar pria akan menyebabkan dia tidak berdaya.
Pada kasus yang ekstrem, tendangan pada bagian organ vital pria juga menyebabkan masalah kesuburan dan operasi.
Dr. Seth Cohen, seorang ahli urologi di Universitas New York, menambahkan bahwa rasa sakit luar biasa tersebut merupakan cara tubuh pria untuk memastikan organ vitalnya terhindar dari bahaya.
Dilansir dari Buzzfeed pada 2017 silam, menurut Dr. Seth, jika otak dilindungi oleh tengkoran, maka testis dilindungi oleh banyaknya serabut saraf sensitif.
Dijelaskan bahwa organ vital pria memiliki banyak saraf pada permukaannya.
Inilah yang membuat daerah ini lebih sensitif daripada bagian tubuh lain.
Nah, itulah bahayanya jika organ vital pria ditendang atau dipukul.
(Artikel ini telah tayang diTribunjogja.comdengan judul “Mr. P Kalau Ketendang Rasanya Sakit, Ini Penjelasannya”)