Advertorial
Intisari-Online.com - Pada April 1944, seorang wanita menarik pelatuk senapannya dan menulis dalam buku harian 'Aku sudah membunuh seorang pria.'
Dia adalah Roza Shanina, sniper pembunuh Nazi yang kemudian dijuluki 'teror tak terlihat Prusia Timur.'
Tahun-Tahun Awal Roza Shanina
Roza Shanina lahir pada 3 April 1924 di Uni Soviet.
Setelah menyelesaikan sekolah dasar, Shanina bertekad untuk melanjutkan pendidikannya dan berjalan 12 km bolak-balik setiap hari ke sekolah menengah terdekat di Bereznik.
Dia adalah seorang siswa yang tajam dengan semangat mandiri, dan pada tahun 1938, ketika orang tuanya menolak permintaannya untuk melanjutkan sekolah menengah dan belajar sastra, anak 14 tahun itu melarikan diri , berjalan 50 jam ke stasiun kereta terdekat, dan menuju ke kota utara.
Shanina pindah dengan saudaranya Fyoder sampai dia diterima di sekolah menengah kota dan diberikan kamar asrama dan uang saku siswa.
Tetapi ketika Nazi menerobos perbatasan barat Uni Soviet pada Juni 1941, melanggar pakta non-agresi negara itu , ekonomi anjlok, pendidikan menengah gratis terputus, dan Shanina tak lagi mendapatkan uang gajinya.
Penembak Jitu Tentara Merah
Perang merayap lebih dekat ke rumah dan tak lama kemudian, Nazi mulai membom Arkhangelsk dan remaja pemberani mengajukan diri untuk menyerang.
etika dia mendengar berita bahwa saudara lelakinya Mikhail terbunuh dalam serangan bom pada bulan Desember 1941, dia bertekad untuk bergabung perang.
Bersama dengan puluhan ribu wanita Rusia lainnya, Shanina melamar untuk bergabung menjadi tentara.
Dia mendaftar di Akademi Penembak Jitu Wanita dan lulus dengan pujian pada bulan April 1944, tepat di sekitar ulang tahunnya yang kedua puluh.
Dia langsung dikenal karena penembakannya yang sangat akurat.
Dia kemudian menjadi komandan di peleton penembak jitu wanita Divisi ke-184 tepat setelah lulus.
Tiga hari setelah kedatangannya di front barat, Shanina melakukan pembunuhan pertamanya.
Pada bulan Mei itu, Shanina dianugerahi Order of Glory karena berhasil membunuh 59 tentara Jerman.
Dilaporkan dari Moskow pada 23 September 1944, Roza Shanina membunuh lima orang Jerman dalam satu hari ketika dia berjongkok di tempat persembunyiannya.
Pada Oktober, dia sudah sangat tenar karena reputasinya yang mematikan.
Hari Terakhir Roza Shanina
Karena hari-hari Shanina di garis depan dan tembakan yang datang tak ada habisnya, catatan hariannya menjadi semakin sedih.
“Saya hampir muntah di semua bagian tubuh, lapar, semua orang melemparkan umpatan kotor. Melelahkan sekali."
Kematian datang terlalu cepat, pada 27 Januari 1945, dua tentara menemukannya terluka dengan tembakan peluru di dada dan terlambat untuk diselamatkan.
Sebagai penembak jitu Soviet wanita pertama yang dianugerahi Order of Glory dan salah satu penembak jitu Soviet yang paling mematikan dari Perang Dunia II.
Kehidupan asmara Shanina
Sebagai seorang remaja yang beranjak dewasa, Shanina jelas mengalami masa jatuh cinta.
Dan dia jatuh cinta pada seorang pria bernama Nikolai, pria biasa yang menurut Shanina tidak bersinar dalam hal apa pun tapi dia menyukainya.
"Aku tidak berpikir lebih, tidak pula menginginkan pernikahan. Ini bukan waktunya dan aku masih harus berada di medan perang," begitu bunyi tulisanbuku hariannya.
Kisah cintanya kandas begitu saja karena Nikolai tidak mau menerima Shanina yang seorang penembak jitu.
Shanina begitu patah hati. Dia merasa tidak lagi berguna bagi siapa pun saat itu.
Kumpulan catatan harian Shanina pernah diterbitkan menjadi buku untuk mengenang tentara muda berbakat dari Soviet ini.