Pertama, seorang rheumatologist (subspesialis ilmu penyakit dalam yang berkonsentrasi pada diagnosis dan terapi penyakit rematik) mengatakan kepadanya bahwa nyeri dada yang dialaminya adalah costochondritis atau radang tulang rawan tulang rusuk.
Kedua, seorang spesialis tulang belakang melakukan rontgen dan MRI tulang belakangnya.
Sebab salah satu gejala kondisi Katie adalah lehernya menjadi semakin kaku sehingga mobilitasnya sangat terbatas.
Ketiga, seorang ahli saraf menyimpulkan bahwa Katie menderita sindrom carpal tunnel, yang menjelaskan timbulnya rasa mati rasa dan kesemutan di tangannya.
Keempat,dia bertemu spesialis paru karena dia terus sesak napas. Hasilnya tes dia normal dan kemungkinan besar kondisinya seperti kata dokter pertama, yaitu costochondritis.
Tetapi manakah diagnosis yang benar?
Karena merasa belum menemukan diagnosis yang tepat, Katie bertemu dokter spesialis yang lain. Tapi dokter ini mengatakan Katie harus mencoba meditasi.
Putus asa? Tentu.
Namun di tengah keputusasaan tersebut, tiba-tiba rahang Katie bedenyut tanpa henti dan membuat lehernya kaku.
Dia lalu datang ke dokter keenam.
"Menurut pengalaman saya selama bertahun-tahun, kondisi Anda mirip dengan pasien lama saya. Pernahkah Anda mengalami tabrakan langsung atau digigit kutu?” tanya si dokter.
Mendengar kata ‘digigit kuku’, Katie menceritakan dia pernah mengalaminya. Tapi hasil tesnya negatif.
Baca Juga: Jadi Presiden 2 Periode, Ini Kisah Perjuangan Jokowi Cicil Rumah di Solo Bersama Iriana
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR