Karena belum juga menemukan penyakitnya, Katie melakukan tes Lyme.
Tes Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) adalah tes paling umum untuk mendeteksi bakteri Lyme disease.
Cara kerja tes ini adalah melihat adanya antibodi terhadap B. Burgdoferi, jenis bakteri penyakit Lyme.
Tapi sekali lagi, hasil tesnya negatif.
Pada bulan Juni, enam bulan setelah dimulainya gejala, segalanya berubah dari buruk menjadi lebih buruk.
Seluruh sisi kanan wajah Katie mati rasa. Jika dia menyentuh kulitnya, rasanya aneh.
Dengan kondisi ini, Katie menuju rumah sakit lagi. Kali ini, dia bertemu kepala penyakit menular di rumah sakit Boston terkemuka.
Pada 13 Juli 2017, dokter tersebut melakukan banyak tes. Dari infeksi, autoimun, hingga peradangan.
Semuanya negatif kecuali satu, tes Lyme, hasilnya positif.
Ya, sejak awal Katie menderita penyakit Lyme. Namun tes Lyme yang pertama memang kadang kurang akurat. Pasien butuh tes kedua untuk mengkonfirmasinya.
Perawatan yang efektif untuk penyakit Lyme
Pada bulan November, Katie bertemu dengan dokter Jeanne Hubbuch, MD, ahli yang disebut mengerti penyakit Lyme dengan baik.
Setelah setengah jam melakukan tes, dokter berkata Katie bisa sembuh.
Hubbuch menjelaskan bahwa proses perawatan membutuhkan waktu, seringkali bertahun-tahun, dan berfokus pada membunuh organisme yang menular sembari juga mendukung tubuh dalam perjalanan menuju penyembuhan.
Hubbuch juga mulai memberi Katie suntikan antibiotik harian dan juga antibiotik oral.
Kini, setelah 18 bulan melakukan perawatan, gejala Katie mulai menghilang.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR