Advertorial
Intisari-Online.com – Apakah Anda tahu soal Neanderthal?
Neanderthal merupakan anggota genus Homo yang telah punah dan berasal dari zaman Pleistosen.
Spesiesnya banyak ditemukan di Eurasia, dari Eropa Barat hingga Asia Tengah dan Utara.
Nama Neanderthal sendiri diambil sesuai dengan lokasi tempat pertama kali mereka ditemukan di Jerman, yaitu Neandertal atau Lembah Neander.
Seperti yang kita ketahui, semua anggota genus Homo punah dan lahirlah manusia. Namun mengapa mereka punah jarang dibahas sebelumnya.
Sebagai perbandingan saja, Homo sapiens (calon manusia modern) menjadi spesies paling dominan.
Nah, karena mereka (Homo sapiens dan Neanderthal) hidup pada saat yang sama, mereka melakukan kawin silang.
Tapi hasilnya, Homo sapiens berhasil selamat. Sementara sebagian besar Neanderthal punah.
Nah, kali ini peneliti berhasil mengetahui alasannya.
Dilansir dari thevintagenews.com pada Minggu (20/10/2019), New York Post melaporkan pada sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal The Anatomical Record, bahwa ada bagian tubuh dalam diri Neanderthal yang masih jauh kata evolusi.
Studi ini dilakukan oleh sekelompok antropolog fisik ini merekonstruksi tuba eustachius Neanderthal untuk pertama kalinya.
Anda tahu tuba eustachius bukan?
Di manusia, tuba eustachius adalah saluran penghubung yang berada di dalam telinga. Tuba ini menghubungkan telinga tengah dengan tenggorokan yang sejajar dengan hidung (nasofaring).
Ketika peneliti memeriksa, mereka melihat bahwa tuba eustachius Neanderthal sangat mirip dengan tuba eustachius pada bayi manusia. Bahkan posisinya juga sama.
Lalu ketika bayi manusia tumbuh dan kepala mereka membesar, sudut dan posisi tuba eustachius mereka juga tumbuh.
Tujuannya untuk meningkatkan fungsi dan menjaga telinga mereka selaku organ pendengaran.
Selain itu, ini juga mengurangi si anak mengalami infeksi telinga secara signifikan.
Tapi untuk Neanderthal, sudut yang relatif datar dari tuba eustachius mereka tetap tidak berubah. Walau mereka menjadi dewasa.
Artinya mereka berpotensi terkena infeksi telinga yang besar.
Ingatlah, infeksi telinga bukanlah penyakit biasa.
Sebab, infeksi telinga dapat dengan mudah menyebabkan komplikasi lain, seperti meningitis, infeksi saluran pernapasan, gangguan pendengaran, atau bahkan pneumonia.
Baca Juga: 10 Daftar Pebulu Tangkis Terkaya Dunia, Indonesia Masuk dalam Daftar Lho, Siapa Ya?
Di era modern seperti sekarang, mungkin penyakit seperti itu dapat dengan mudah diatasi dengan antibiotik.
Tapi bagi Neanderthal yang hidup di zaman dulu, maka potensi infeksi telinga dan komplikasi yang menyertainya akan terjadi menjadi seumur hidup dan tidak mungkin untuk diobati secara efektif.
Selain menjadikan penderita lebih mungkin dapat meninggal, akan ada implikasi seumur hidup lainnya.
Seperti mereka tidak bisa beraktivitas dengan baik dan tentunya ini mengganggu kemampuan mereka untuk bertahan hidup.
Sebagai contoh, infeksi telinga bisa menjadi penghalang saat sedang berburu. Sebab mereka tidak mampu mendengar binatang atau musuh datang sampai musuh berada di dekatnya.
Tentu saja kondisi ini membuat Neanderthal sulit bersaing secara efektif dengan genus Homo lain, termasuk Homo sapiens.
Dilihat dari perspektif itu, tidak terlalu mengejutkan bahwa Homo sapiens memenangkan ‘kontes’ ini dan Neanderthal punah.