Advertorial
Intisari-Online.com - Di sebuah sekolah yang sangat bergengsi di Bern, Swiss, ada seorang siswa dari Korea Utara dari tahun 1998 hingga 2000.
Kim Jong-un terdaftar sebagai anggota kedutaan dan tidak menyebutkan nama aslinya.
Waktu itu, Kim baru berusia 12 tahun dan diberi nama palsu "Pak Un" saat berada di Swiss.
Kim tinggal bersama bibi ibu mereka, Ko Yong Suk, dan suaminya, Ri Gang, yang berpura-pura menjadi orang tuanya.
Kim terobsesi dengan basket, dan ketika dia naik ke pengadilan dengan mengenakan kaus Chicago Bulls otentiknya dengan nomor Michael Jordan - 23 - tim kompetitornya keluar.
Diktator Korut muda ini dikatakan agresif dan sering terlibat dalam pembicaraan kotor.
Paspor palsu Brasil, dengan nama Josef Pwag, memungkinkannya untuk bepergian keliling Eropa.
Baca Juga: Zainal Nur Rizki, Anak Bungsu Wiranto yang Meninggal Dunia di Afrika dalam Usia Muda
Di rumah di pinggiran kota Liebefeld yang tenang, bibinya berusaha menciptakan lingkungan keluarga yang normal.
“Teman-teman mereka akan datang, dan aku akan membuatkan mereka makanan ringan.
Itu adalah masa kanak-kanak yang sangat normal dengan pesta ulang tahun dan hadiah, dan anak-anak Swiss datang untuk bermain, ”katanya sebagaimana dilansir Telegraph.
Di Swiss, Kim belajar kurikulum Barat yang mencakup pelajaran tentang Martin Luther King Jr dan Nelson Mandela.
Dia juga mempelajari Revolusi Perancis sebagai contoh bagaimana masyarakat bisa berubah.
Kelasnya diajari bahwa revolusi dimulai karena ketidakbahagiaan penduduk yang standar hidupnya tidak sejahtera.
Kisah itu tertulis dalam buku biografi The Great Successor: The Secret Rise and Rule of Kim Jong Un, oleh wartawan Washington Post, Anna Fifield.
Dalam buku tersebut juga terungkap tanya:
"Apakah Kim Jong Un ingat pelajarannya tentang Revolusi Prancis dari masa sekolahnya di Swiss?”
Ketika di Swiss itu, Kim juga diketahui pernah menyerang teman-temannya.
Tak hanya itu, dia juga menendang dan bahkan meludah, ketika mereka berbicara dalam bahasa Jerman, bahasa yang dia lawan.
Namun Fifield menduga bahwa dengan tinggal di Swiss tidak membuat Kim lebih berpikiran terbuka.
Menghabiskan masa remaja di Swiss mengajarinya bahwa saat itu, saat dia tinggal di luar, dirinya bukanlah siapa-siapa, melainkan orang biasa.
Baca Juga: Mengenal Kunai, Senjata Ninja Jepang yang Dipakai Abu Rara untuk Menusuk Wiranto