Advertorial
Intisari-Online.com – Nama Barbie Kumalasari tak pernah lepas dari kontroversi.
Sebelumnya, dia mengaku pernah melakukan operasi plastik hingga miliaran rupiah. Ada juga soal rumah mewahnya.
Lalu bisnis berlian dan terakhir pernah tinggal di Amerika Serikat.
Mendengar banyak soal betapa kayanya Barbie Kumalasari, membuat Uya Kuya penasaran. Kira-kira berapa kekayaan Barbie Kumalasari?
"Sorry nih Ber. Kalau lu orang kaya. Lu punya duit, atau deposito atau whatever, berapa jumlahnya?" tanya Uya Kuya pada Barbie Kumalasari, dalam kanal YouTube nya.
Uya Kuya pun menantang Barbie Kumalasari untuk memperlihatkan saldo di kartu ATM-nya.
Barbie Kumalasari menerima tantangan tersebut. Dia pun menunjukkan saldo dari dua kartu ATM-nya.
Hasilnya cukup membuat Uka Kuya terkejut.
Dari kanal YouTube tersebut, terlihat saldo di kartu ATM pertama sekitar Rp1,6 miliar. Sementara di kartu ATM kedua sekitar Rp1,5 miliar.
Jika ditotal, maka uang di dua kartu ATM Barbie Kumalasari mencapai Rp3,1 miliar.
Menurut Barbie, dia memiliki beberapa usaha. Seperti showroom mobil, jual beli berlian, kosmetik, hingga klinik kecantikan.
Sebelum Barbie Kumalasari, Nikita Mirzani juga pernah memperlihatkan saldo di ATM-nya yang mencapai Rp5 miliar.
Namun tahukah Anda, sikap seseorang yang memamerkan kekayaan mereka di media sosial justru tak benar di mata ahli?
Ya, dilansir darikompas.compada September 2017 silam, ahli sosiologi Rachel Sherman mengatakan denganharta yang dimilikinya, orang-orang kaya memang bisa membeli apa yang ia inginkan berapa pun harganya.
Tetapi, orang kaya biasanya merasa malu jika label harganya terlihat orang lain.
Apa yang Rachel katakan sesuai dengan hasil analisisnya setelah mewawancari 50 orangtua di New York dengan pendapatan minimal Rp4 miliar pertahun.
Salah satu kesamaan yang ia temukan dari orang-orang kaya itu adalah mayoritas akan merobek label harga barang yang ia beli sehingga orang lain tak tahu berapa uang yang ia belanjakan.
Dalam esai yang dimuat diNew York Times, Sherman menulis tentang seorang wanita yang setiap tahun menghasilkan Rp4 miliar dan mewarisi kekayaan keluarga beberapa juta dollar, selalu membuang label harga baju yang baru dibelinya sehingga nanny-nya tidak sampai melihatnya.
"Seorang desainer interior yang saya kenal juga bercerita, salah satu kliennya selalu menyembunyikan harga barang-barang yang ia beli.”
“Semua barang furnitur yang datang ke rumahnya juga harus dihilangkan agar staf di rumah tidak melihatnya," katanya.
Kebiasaan itu menunjukkan pola yang lebih besar, orang kaya itu menganggap dirinya normal, dan merasa canggung dengan hasil belanjannya karena tidak mau dianggap kaya.
Dalam hal kekayaan atau harta, orang-orang kaya itu juga tidak pernah menunjukkan bahwa ia "kaya" atau "kelas atas".
Menurut Sherman, mayoritas lebih suka istilah "nyaman" atau "beruntung".
Sebagian orang kaya juga mengelompokkan dirinya ke dalam "kelas menengah" atau "di tengah", karena mereka membandingkan dirinya dengan orang yang lebih kaya lagi.
"Orang-orang yang saya wawancara itu tidak pernah membual tentang harga yang mahal.”
“Mereka justru bersemangat bercerita ketika berhasil menawar harga barang, memberi pakaian di tempat biasa, atau naik mobil tua," katanya.
Apa yang Sherman temukan itu sejalan dengan yang dituliskan Thomas C.Corley dalam bukunya "Rich Habits".
Ia melakukan wawancara selama 5 tahun dengan para milyuner untuk mengetahui kebiasaan yang membuat mereka menjadi kaya.
Secara umum, Corley menemukan bahwa orang kaya ingin dianggap sebagai sesuatu yang normal dan mereka ingin lebih dermawan.(Lusia Kus Anna)
Baca Juga: Kasus Remaja Tewas Karena Sering Main Game PUBG: Ini Bahaya Game PUBG Untuk Otak Kita