Advertorial
Intisari-Online.com – Gempa bumi kembali melanda wilayah Indonesia.
Kali ini, dilansir dari kompas.com pada Senin (30/9/2019), telah terjadi gempa bumi di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Minggu (29/9/2019) sore.
Hal tersebut diinformasikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Gempa dengan magnitudo 5,7 terjadi di Melonguane pada pukul 14.40 WIB.
Episenter gempa terletak di koordinat 5.62 LU,126.61 BT atau tepatnya berlokasi pada jarak 180 kilometer barat laut Melonguane, Sulut.
Pusat gempa berada pada kedalaman 73 kilometer.
Sebelumnya, wilayah Talaud diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,7 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran data menjadi magnitudo 6,3.
Kemudian, terjadi gempa susulan dengan kekuatan magnitudo 3,7, magintudo 4,2, dan magnitudo 4,5.
Mengapa Indonesia sering terjadi gempa bumi?
Dilansir dariNews.sky.com, negara-negara di Asia Tenggara memang sangat rawan sering mengalami gempa bumi.
Salah satunya karena adanya pergeseran lempeng kerak bumi.
Lempeng kerak bumi dibahas dalam bidang geologi yang disebut teori tektonika lempeng (plate tectonics).
Lempeng tektonik sendiri terbadi menjadi dua kelompok. Pertama lempeng mayor atau besar dan kedua lempeng minor atau kecil.
Lempeng utama terdiri dari 7 yaitu:
1. Lempeng Pasific (Pasific Plate).
Ini merupakan lempeng samudera yang meliputi seluruh Samudera Pasifik.
2. Lempeng Eurasia (Eurasian Plate).
Ini merupakan lempeng benua yang meliputi benua Asia dan Eropa.
3. Lempeng Australia (Australia Plate).
Ini merupakan lempeng benua yang meliputi benua Australia. Dulu pernah tergabung dengan lempeng India sekitar 55 juta tahun yang lalu.
4. Lempeng Afrika (African Plate).
Ini merupakan lempeng benua yang meliputi seluruh benua Afrika.
5. Lempeng Amerika Utara (North American Plate).
Ini merupakan lempeng benua yang meliputi seluruh Amerika Utara dan Siberia Timur Laut.
6. Lempeng Amerika Selatan (South American Plate).
Ini merupakan lempeng benua yang meluputi seluruh Amerika Selatan.
7. Lempeng Antartika (Antartica Plate).
Ini merupakan lempeng benua yang meliputi seluruh Antartika.
Sementara lempeng kecil terdiri dari Lempeng Nasca (Nasca Plate), Lempeng Arab (Arabian Plate), Lempeng Karibia (Caribian Plate), Lempeng Philippines (Phillippines Plate), Lempeng Scotia (Scotia Plate), dan Lempeng Cocos (Cocos Plate).
Dari sekian banyak lempengan tektonik tersebut, lempeng yang paling aktif adalah Lempeng Pasifik.
Daerah ini dijuluki “The Ring of Fire”.
Oleh karena itu, daerah ini banyak terdapat gunung berapi dan sering terjadi gempa bumi sampai tsunami.
The Ring of Fireini memiliki panjang lebih dari 25.000 mil (40.000 kilometer) dan melewati Chili bagian Barat, Jepang, dan seluruh Asia Tenggara. Termasuk Indonesia.
Delapan puluh persen gempa bumi terjadi di daerahThe Ring of Fire.
Sementara 17 persen gempa bumi terjadi di seluruh dunia dan 5 persen gempa terjadi di daerah Alpen-Himalaya.
Posisi Indonesia berdekatan dengan ketiga bagian tersebut.
Lokasi Indonesia sendiri berada di titik pertemuan tiga lempeng benua utama. Yakni lempeng Pasifik, lempeng Eurasia dan Indo-Australia, dan lempeng Filipina yang jauh lebih kecil.
Inilah tempat terjadinya 90% dari gempa yang terjadi di seluruh Bumi.
Tak heran, ini juga yang membuat Indonesia begitu rentan terhadap gempa bumi.
Sebab, piringan lempengan Bumi itu bergesekan satu sama lain sepanjang waktu. Bahkan kadang-kadang mereka bertabrakan dan membuat tekanan yang menciptakan gempa bumi.
Itu adalah efek pelepasan tekanan yang tiba-tiba terjadi dengan keras.
Dengan banyak pulau-pulau ditempa oleh kekuatan tektonik beserta vulkanik yang mendorong tanah, maka akan sering mengakibatkan letusan gunung atau magma.
Apalagi banyak kawasan Indonesia yang memiliki gunung berapi. (kompas.com/Skivo Marcelino Mandey)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Minggu Sore, Gempa Magnitudo 5,7 Kembali Guncang Talaud, Sulawesi Utara”)