Advertorial
Intisari-Online.com – Masih ingat obyek wisata negeri di atas awan yang terletak di Lebak, Banten?
Beberapa waktu lalu, foto-foto dari tempat yang berada di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten ini viral.
Karena pemandangannya seperti berada di atas awan, dalam waktu singkat tempat ini viral dan ramai dikunjungi oleh wisawatan.
Tentu saja para wisatawan yang datang ingin melihat langsung panorama hamparan awan dari atas gunung yang sempat viral di media sosial.
Namun, bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke negeri di atas awan untuk melihat panorama hamparan awan dari atas gunung harus bersabar.
Pasalnya, Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak, menutup sementara objek wisata Gunung Luhur, penutupan dilakukan untuk penyelesaian pekerjaaan jalan dan sejumlah fasilitas.
Sementara itu, viralnya objek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur juga berdampak pada ekonomi warga setempat.
Mereka ramai - ramai mendirikan usaha di Gunung Luhur.
Bahkan keuntungan dirasakan oleh para warga yang membuka usaha di Gunung Luhur, jumlahnya bisa mencapai jutaan rupiah perhari.
Sebelumnya, Gubernur Banten Wahidin Halim, telah mengimbau wisatawan untuk menunda rencana kunjungan ke negeri di atas awan hingga tiga bulan ke depan hingga pengerjaan jalan selesai dan fasilitas lengkap.
Wahidin mengatakan, tidak ada rencana untuk menutup obyek wisata yang terletak di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Dia hanya hanya minta pengunjung dikurangi.
Baca Juga: Kasus Remaja Tewas Karena Sering Main Game PUBG: Ini Bahaya Game PUBG Untuk Otak Kita
Berikut fakta terbarunya:
1. Ditutup sementara
Kabid Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak, Luli Agustina mengatakan, Gunung Luhur ditutup sementara lantaran khawatir akan terjadi lonjakan pengunjung seperti pada pekan lalu.
Pada saat itu, pengunjung membludak hingga menyebabkan macet parah.
"Mulai hari ini (Rabu), terutama Sabtu dan Minggu atau weekend, ditutup karena ada pengerjaan jalan dan penambahan fasilitas," katanya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (25/9/2019).
2. Penutupan berdasarkan hasil rapat
Dikatakan Lili, keputusan ditutupnya sementara objek wisata Gunung Luhur tersebut berdasarkan hasil rapat koordinasi antara Pemerintah Kabupaten Lebak dan Polres Lebak.
Dalam rapat tersebut juga melibatkan kepala desa setempat.
"Mereka sudah sepakat ditutup sementara. Mereka akan koordinasi dengan BUMDes dan Pokdarwis mengenai apa yang sudah kami sepakati," katanya.
Saat ditutup sementara, nantinya akses jalan ke Gunung Luhur juga akan ditutup.
Kata Lili, ini untuk mengantisipasi wisatawan yang tetap nekad untuk datang.
Untuk pencegahannya, akan ditempatkan petugas dari Polres Lebak.
3. Warga dirikan usaha di Gunung Luhur
Viralnya objek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur juga berdampak pada ekonomi warga setempat.
Mereka ramai - ramai mendirikan usaha di Gunung Luhur.
Kepala Desa Citorek Kidul, Narta atau Jaro Atok mengatakan, terdapat puluhan keluarga yang mendirikan berbagai macam usaha di Gunung Luhur, mulai dari berdagang hingga menyediakan akomodasi seperti tenda dan penginapan.
"Ada puluhan keluarga ikut andil, awalnya tidak punya mata pencaharian, seperti janda - janda tua, kita utamakan orang - orang seperti itu."
"Alhamdulillah kita rasakan peningkatan ekonomi," kata Jaro Atok kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (24/9/2019).
4. Kantongi jutaan rupiah per hari
Dikatakan Jaro Atok, ramainya pengunjung sangat dirasakan para warga yang membuka usaha di Gunung Luhur, bahkan sambungnya, keuntungan Jika dihitung nilainya bisa mencapai jutaan rupiah per hari.
"Sekarang sangat terasa oleh warga, nilainya kalau diperkirakan bisa di atas UMK Kabupaten Lebak dalam satu hari di akhir pekan saat ramai," katanya.
Padahal, kata Jaro Atok, sebelumnya warga di desanya rata-rata adalah bermata pencaharian sebagai petani dan gurandil atau penambang emas di lahan sisa peninggalan PT Antam dengan penghasilan tidak menentu. (kompas.com/Acep Nazmudin)
(Artikel ini telah tayang diKompas.com dengan judul "5 Fakta Baru Negeri di Atas Awan, Ditutup Sementara hingga Pedagang Kantongi Jutaan Rupiah Per Hari")
Baca Juga: Kedaluwarsa atau Tidak, Gas Air Mata Tetap Membahayakan Kesehatan Kita