Intisari-online.com - Perang di Yaman berawal dari perang saudara antara pemberontak Houthi dengan pemerintah Yaman, yang didukung Arab Saudi.
Namun perang tersebut meningkat menjadi peperangan yang lebih luas dengan serangan udara dari koalisi pimpinan Arab Saudi dan invasi darat besar-besaran yang dilakukan pada 2015.
Pasukan koalisi Saudi belum berhasil mengalahkan kelompok Houthi, yang didukung Iran, meski perang telah berlangsung selama lebih dari 4 tahun.
Belakangan, kelompok Houthi mengklaim telah melakukan serangan drone yang menghancurkan kilang minyak milik Aramco di Arab Saudi, pada Sabtu (14/9/2019) dini hari.
Serangan itu memicu kebakaran di dua fasilitas utama Aramco, yakni di Abqaiq dan Khurais, kawasan timur Saudi.
Akibat serangan itu, Aramco menjelaskan bahwa 5,7 juta barel produksi minyak mereka hilang.
Sementara produksi ethana dan gas alam berkurang setengahnya.
Pihak Amerika Serikat menuding Iran sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut dan mengatakan tidak ada cukup bukti yang dapat membuktikan serangan datang dari arah Yaman, seperti diklaim Houthi.
"Iran telah melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke persediaan energi dunia," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Alih-alih memberikan peryataan kontradiktif, pimpinan Rusia, Vladimir Putin justru berusaha mendinginkan suasana.
Dikutip GridHot.ID dari Russia Beyond, di hadapan pemimpin Turki dan Iran dalam pertemuan di Ankara, Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan untuk mengakhiri peperangan di Yaman seraya mengutip ayat Alquran.
Source | : | GridHot.ID |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR