Karena patung dan relief merupakan "titik pertemuan antara dunia supranatural dan dunia ini" maka mereka yang ingin budaya untuk mundur akan melakukannya dengan merusak benda-benda itu.
"Bagian tubuh yang rusak tidak lagi mampu melakukan tugasnya," jelas Bleiberg.
Dengan kata lain roh arwah tidak lagi bisa bernapas jika hidungnya patah.
Perusak tersebut pada dasarnya adalah "membunuh" dewa yang dipandang penting bagi kemakmuran Mesir.
Secara kontekstual, ini masuk akal.
Patung yang dimaksudkan untuk menggambarkan manusia membuat persembahan kepada dewa sering ditemukan dengan lengan kiri mereka terpotong.
Secara kebetulan, lengan kiri umumnya diketahui digunakan untuk membuat persembahan.
Sementara lengan kanan patung yang menggambarkan sesajen yang menerima persembahan sering ditemukan rusak juga.
Selain itu para periode Firaun ada pemahaman tentang 'menghancurkan' musuh dengan membuat patungnya.
Pejuang sering membuat patung lilin dari musuh-musuh mereka dan menghancurkan mereka sebelum pertempuran.
Bukti tekstual yang terekam juga menunjukkan kegelisahan umum tentang citra seseorang yang sedang dirusak.
Bukan hal yang aneh bagi firaun untuk memutuskan bahwa siapa pun yang mengancam kemiripan mereka akan dihukum berat.
Source | : | All Thats Interesting |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR