Advertorial

Kisah Muhammad Gunadiono, Bocah Kelas 5 SD yang Rawat Ibunya yang Sakit Stroke Selama 2 Tahun, Setiap Hari Suapi Ibunya Makan

Mentari DP

Editor

Setiap hari, Muhammad Gunadiono, harus menunggui ibunya sepulang sekolah dan menyuapi makanan 3 kali sehari.
Setiap hari, Muhammad Gunadiono, harus menunggui ibunya sepulang sekolah dan menyuapi makanan 3 kali sehari.

Intisari-Online.com – Jika cinta ibu kepada anaknya adalah tanpa batas. Maka cinta anak kepada ibu adalah segalanya.

Mungkin kalimant di atas bisa menceritakan kisah di bawah ini.

Perkenalkan, namanya Muhammad Gunadiono (11).

Kehidupan Muhammad Gunadiono tidak seperti anak-anak pada umumnya.

Baca Juga: Begini Rencana Pemakaman BJ Habibie, Letak Makamnya Tepat di Samping Makam Ainun Habibie

Setiap hari, murid kelas 5 sekolah dasar di Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini harus menunggui ibunya sepulang sekolah dan menyuapi makanan 3 kali sehari.

Gunadiono adalah murid SDN Gedongombo 2, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang.

Sejak 2 tahun lalu, ibunya hanya bisa terbaring di atas ranjang akibat stroke. Sejak Gunadiono duduk di kelas 3, kaki dan tangan Umiati (46), ibunya, tidak bisa digerakkan.

Mulut dan mata ibunya juga mengalami juga bermasalah akibat stroke.

"Ibu sakit stroke, sejak saya kelas 3," tutur Gunadiono, saat ditemui Kompas.com, saat pulang dari sekolahnya, Rabu (11/9/2019).

Dia menuturkan, saat pagi sebelum berangkat ke sekolah, tugasnya adalah menyuapi makanan untuk ibunya.

Itu juga dilakukan saat dirinya sampai di rumah sepulang sekolah.

Hal yang sama juga dilakukan Gunadiono saat petang. Bahkan, terkadang dia juga harus memandikan ibunya, terutama saat paman dan bibinya belum selesai bekerja.

"Setiap hari jaga ibu, nyuapi makanan. Kalau mandi (memandikan), dibantu sama bude," ujar Gunadiono, saat ditemui di rumah pamannya.

Baca Juga: BJ Habibie Temui Sang Kekasih Hati, Ainun Habibie, di Keabadiaan

Bersama ibunya, Gunadiono kini tinggal di rumah paman dan bibinya, Miran-Ngatini. Pasangan ini tinggal di Dusun Balongmojo Desa Gedongombo, Kecamatan Ploso.

Sebelumnya, Gunadiono tinggal bersama neneknya di Dusun Balongdoro, Desa Kauman, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.

Sementara Umiati, ibu dari Gunadiono, bekerja mencari nafkah di Surabaya.

Saat awal duduk di kelas 3 SDN Gedongombo 2, nenek Gunadiono meninggal dunia.

Dia pun terpaksa diboyong Miran, pamannya, untuk tinggal bersama.

Namun tak berselang lama, ibunya pulang dari Surabaya dalam kondisi sakit stroke. Ibu dari Gunadiono ini pun akhirnya ditampung di rumah Miran.

Derita Gunadiono kian lengkap dengan tidak adanya sosok ayah dalam kehidupannya. Ibunya tercatat dua kali menikah.

Suami pertama Umiati, meninggalkan dirinya saat Gunadiono masih balita. Lalu suami kedua, meninggalkannya saat Umiati terkena stroke.

"Keinginan saya ibu bisa segera sembuh," ujar Gunadiono, bocah kelas 5 SD yang bercita-cita menjadi pilot ini.

Pindah tinggal

Gunadiono diboyong Miran, pamannya, untuk tinggal di rumahnya di Dusun Balongmojo, Desa Gedongombo, Kecamatan Ploso, setelah nenek dari bocah itu meninggal dunia.

Secara administratif, Gunadiono dan ibunya merupakan warga Dusun Balongdoro, Desa Kauman, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.

Meski berbeda desa dan kecamatan, jarak antar rumah keduanya hanya berjarak sekitar 200 meter.

Baca Juga: Sebelum Meninggal, BJ Habibie Ingin Bangun Batam Agar Bisa Saingi Singapura

Wilayah kedua dusun merupakan wilayah perbatasan antara Kecamatan Ploso dan Kecamatan Kabuh.

"Ini wilayah perbatasan, hanya dipisahkan oleh sungai. Rumah neneknya yang dekat perempatan tadi. Sudah berbeda desa," kata Lasiman, Kepala Desa Gedongombo, Kecamatan Ploso, saat menemani Kompas.com mengunjungi rumah yang ditinggali Gunadiono dan Ibunya.

Meski secara administratif masih tercatat sebagai penduduk desa tetangga, lanjut Lasiman, pihaknya tetap memantau dan memperhatikan kondisi Gunadiono dan ibunya.

"Karena mereka tinggal disini, tentu jadi perhatian kami. Pak Miran sudah melapor dan kami juga berkomunikasi dengan pemerintah desa Kauman terkait masalah ini," jelasnya.

Lasiman mengatakan, beberapa program pemenuhan kebutuhan dasar yang menjadi hak keluarga miskin, sudah didapatkan oleh Umiati dan Gunadiono.

Keluarga itu sudah memegang Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), serta Kartu Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).

"Sudah ada KIS, KIP sama BPNT. Sebenarnya kami sudah menyarankan agar dibawa berobat ke rumah sakit dan kami siapkan fasilitas ambulans desa, tapi kendala ada di keluarga," ujar dia.

Miran mengamini penjelasan dari Lasiman, Kades Gedongombo. Adiknya sudah memiliki kartu berobat gratis dari pemerintah.

"(kendalanya) Kalau dibawa ke rumah sakit tidak ada yang jaga. Saya dan istri saya kerja, Gunadi (Gunadiono) juga harus sekolah," katanya.

"Kalau nanti saya yang jaga (di rumah sakit), Gunadi di rumah tidak ada yang jaga," tambah Ngatini, istri Miran. (Moh. Syafií)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Kisah Gunadiono, Bocah Kelas 5 SD Dua Tahun Rawat Ibu yang Stroke")

Baca Juga: Sebelum Meninggal, BJ Habibie Ingin Bangun Batam Agar Bisa Saingi Singapura

Artikel Terkait