Advertorial

Ketika Peneliti Temukan ‘Kehidupan’ Tertua di Bumi yang Berada di 2,4 km di Bawah Tanah, Apakah Itu?

Mentari DP

Editor

Para ahli baru saja menemukan "kehidupan" tertua di Bumi yang bersembunyi 2,4 kilometer di bawah tanah. Kira-kira apa isinya?
Para ahli baru saja menemukan "kehidupan" tertua di Bumi yang bersembunyi 2,4 kilometer di bawah tanah. Kira-kira apa isinya?

Intisari-Online.com – Jika berbicara soal bawah tanah, apa yang ada dipikiran Anda?

Sebagian besar mungkin menjawab tanah, ruang bawah tanah, atau pusat Bumi.

Namun bagaimana jika Anda menemukan sesuatu yang berbeda di bawah tanah?

Jangan kaget. Sebab, para ahli baru saja menemukan "kehidupan" tertua di Bumi yang bersembunyi 2,4 kilometer di bawah tanah.

Baca Juga: Kasus Pria yang Perkosa 9 Anak Divonis Hukuman Kebiri Kimia: Mengenal Kebiri Kimia, ‘Hukuman’ bagi Penjahat Seksual

Apakah itu?

Dilansir IFL Science, pada Senin (26/8/2019), tambang Kidd Creek di Ontario, Kanada adalah ruma bagi air tertua Bumi.

Kini setelah diketahui keberadaannya, anak sungai kaya sulfat dan air berhidrogen tinggi itu diyakini dapat menampung kehidupan mikroba.

Studi sebelumnya mengatakan, air tersebut terperangkap sejauh 2,4 kilometer di bawah permukaan batuan prekambria selama jutaan atau mungkin miliaran tahun.

Bulan lalu, studi yang terbit di jurnal Geomikrobiologi menemukan adanya kehidupan mikroba yang tidak tersentuh oleh air dari permukaan tanah.

Para ahli dari Universitas Toronto, Kanada menemukan, sel-sel mikroba di antara sedimen dalam sampel yang dikumpulkan melalui dua lubang bor, secara alami mengeluarkan air rekahan.

Baca Juga: Kasus Wanita Lakukan Aborsi 17 Kali Selama 6 Tahun, Ini Dampak Jika Seorang Wanita Terlalu Sering Lakukan Aborsi

Hasilnya menambah bukti, ada biosfer bawah permukaan di kerak bumi - daerah yang dianggap bermusuhan dengan kehidupan - yang memiliki sangat sedikit interaksi dengan segala sesuatu yang ada di atas permukaan tanah.

Pada Desember 2018, sebuah proyek selama satu dekade memaparkan biosfer yang dalam yang terdiri dari miliaran mikroba yang hidup bermil-mil di bawah permukaan tanah.

Mereka menduga, sebanyak 70 persen dari semua mikroorganisme yang hidup di Bumi ada di bawah tanah, di lingkungan yang diyakini terlalu panas, terlalu gelap, dan dengan nutrisi yang terlalu sedikit untuk menopang makhluk hidup (bahkan yang sekecil nematoda).

Secara kolektif, diyakini mikroba ini menghasilkan 15 hingga 23 miliar ton karbon, yang 245 hingga 385 kali lebih besar dari massa karbon manusia di atas permukaan.

Para ilmuwan menamai mikroba ini dengan nama "Galapagos bawah tanah".

Di mana mereka terdiri dari sekumpulan bakteri, archaea (mikroba tanpa inti yang terikat membran), eukarya (mikroba dan organisme multiseluler dengan inti dan organel yang terikat membran).

Mikroorganisme dan keanekaragamannya ini adalah fenomena yang tidak diketahui, sehingga membutuhkan eksplorasi lebih jauh.

Namun, bukti awal ini menunjukkan tingkat perbedaan genetik dapat disebabkan oleh di mana makhluk hidup tinggal, di atas permukaan tanah atau jauh di bawah tanah.

Baca Juga: Kasus Pria Bunuh Pacarnya yang Berusia 14 Tahun Karena Korban Menolak Berhubungan Badan, Ini Kata Ahli Mengapa Peristiwa Ini Sering Terjadi

Adapun yang ada di Tambang Kidd Creek, tim dari Universitas Toronto menganalisis aktivitas metabolisme mereka dengan mengukur seberapa cepat mereka memetabolisme jenis makanan tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan, komunitas mikroba yang dikumpulkan hampir semua reduksi sulfat.

Artinya, mikroorganisme yang melakukan respirasi anaerob yang menggunakan sulfat, mereduksi zat menjadi hidrogen sulfida (H2S).

"Identifikasi organisme pereduksi sulfat dalam cairan ini, baik di masa lalu geologis dan saat ini (penelitian ini) adalah temuan penting yang memperluas pemahaman kita tentang biosfer bawah permukaan yang dalam," tulis penulis penelitian.

"Memahami kapan cairan fraktur ini dijajah oleh kehidupan tetap merupakan pertanyaan yang luar biasa tetapi dapat mulai dibatasi oleh penerapan berbagai pendekatan penanggalan air tanah."

Dari studi ini pun muncul pertanyaan baru tentang berapa lama ekosistem mikroba (atau biomarker kehidupan lampau) yang masih ada dapat bertahan.

Para peneliti berharap temuan ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang biosfer bumi yang dalam dan upaya untuk menemukan kehidupan yang masih ada dan punah di Mars, atau di tempat lain di Tata Surya. (Gloria Setyvani Putri)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Ahli Ungkap "Kehidupan" Kuno, Bersembunyi 2,4 Kilometer di Bawah Tanah")

Baca Juga: Kasus Wanita yang Diberi Obat Kedaluwarsa oleh Puskesmas: Masih Bolehkah Obat Kedaluwarsa Dikonsumsi? Begini Aturan Pakainya

Artikel Terkait