Advertorial
Intisari-Online.com -“Idih...Idihh..darah kotor ya?”
Kalimat ini pernah sekali waktu mampir setiap malam dalam tayangan iklan di televisi. Apa iya ada darah kotor?
Tulisan ini akan meluruskan pengertian yang menyimpang untuk menghilangkan kekhawatiran semua kalangan.
Anda yang pernah belajar ilmu hayat tentu mengenal istilah darah bersih dan darah kotor. Keduanya ada pada semua orang!
Istilah darah bersih dipakai untuk darah yang mengalir di pembuluh arteri yang banyak mengandung oksigen dan zat nutrisi bagi tubuh.
Sementara, darah yang mengalir di pembuluh vena disebut darah kotor karena mengandung lebih sedikit oksigen dan mengandung pelbagai zat buangan dari sel-sel tubuh, terutama CO2.
Baca Juga: 5 Manfaat Jahe untuk Wanita, Termasuk Redakan Haid dan Turunkan Berat Badan
Darah yang mengandung lebih banyak CO2 itu akan dialirkan ke paru-paru untuk “dibersihkan”.
Setelah “bersih” alias kembali mengandung lebih banyak oksigen, darah dibawa ke jantung yang akan memompakannya ke seluruh tubuh.
Pemahaman yang salah tentang haid juga semakin memperparah kesalahkaprahan.
Ada pengertian di masyarakat bahwa haid adalah upaya tubuh untuk mengeluarkan “darah kotor” dari tubuh.
Seorang wanita yang menggunakan kontrasepsi suntikan, umumnya merasa khawatir kalau tidak haid, “darah kotor” akan menumpuk di tubuh dan menimbulkan penyakit.
Yang benar, darah haid bukanah “darah kotor” yang harus dibuang.
Warnanya lebih gelap kadang ditambah dengan gumpalan, karena darah itu bercampur dengan jaringan permukaan dalam rahim yang luruh secara berkala setiap bulan.
Ini justru merupakan proses alami yang menandakan bahwa sistem hormon bekerja dengan baik.
Baca Juga: Ini 8 Cara Bedakan Tanda Awal Kehamilan dan Haid yang Terlambat
Bila Anda menggunakan kontrasepsi suntikan atau susuk, haid memang tidak akan muncul setiap bulan karena sistem hormon Anda berada di bawah pengaruh kontrasepsi yang sengaja diberikan untuk menekan kesuburan.
Peluruhan jaringan rahim memang tidak terjadi sehingga tidak ada darah haid. Sebaliknya, bila Anda tidak menggunakan kontrasepsi tetapi haid tidak muncul, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter.
Mitos lain menggunakan istilah “darah kotor” untuk menggambarkan apa yang disebut nanah.
Dalam mitos itu, dipercaya bahwa bila darah kita kalah berperang melawan kuman penyakit maka sakitlah kita dan darahnya menjadi “kotor” seperti yang terdapat pada bisul atau luka.
Tampaknya inilah yang dimaksud dengan “darah kotor” dalam iklan TV itu.
Sebab, ternyata yang ingin diinformasikan adalah obat bisul, jerawat, gatal-gatal, dan biang keringat.
Tak jelas apakah iklan itu perwujudan dari kerancuan tentang istilah “darah kotor” atau memang memanfaatkan kerancuan itu sebagai taktik dagang.
Yang jelas, bisul, jerawat, gatal-gatal, biang keringat, bukan disebabkan oleh darah kotor karena memang tak ada darah yang kotor.
Memang benar, ada komponen darah kita yang bertugas “bertempur” melawan kuman tetapi kuman tidak akan membuat darah menjadi kotor.
Yang benar, bila kebersihan diri (higenis) tidak terpelihara, khususnya kulit, banyak masalah yang dapat terjadi.
Karena kotoran paling mudah melekat pada rambut dan pangkalnya, maka bagian itu menjadi pintu masuk (port d’entre) kuman untuk menimbulkan infeksi pada bagian kulit yang lebih dalam sehingga timbullah bisul.
Yang perlu dicermati adalah cara merawat berbagai kelainan kulit itu. Koreng dan eksem yang basah bernanah mungkin memerlukan kompres basah, sedangkan kelainan yang bersifat kering dapat diobati dengan krim.
Mintalah dokter Anda menjelaskan cara mengompres yang benar sebab pengompresan yang salah dapat menyebabkan luka tak kunjung mengering. Kelainan kulit yang sudah mengering dapat diobati dengan krim atau salep.
Bisul biasanya akan sembuh sendiri. Bila bisulnya pecah yang perlu dilakukan hanya membersihkan nanahnya dengan larutan antiseptik.
Sisa bisulnya akan sembuh sendiri. Jadi jelas, tak ada darah kotor, tak ada juga penyakit darah kotor, yang ada hanyalah kebersihkan diri yang buruk yang mengundang penyakit.
Baca Juga: Manfaat Besar Jalan Kaki, dari Perkuat Jantung Hingga Turunkan Kadar Gula Darah
Ditulis ulang dari buku Advis Medis Intisari, tulisan Zunilda Bustami, M.Sc., di Jakarta